02 Desember, 2007

Notulen Reuni PIKA DKI

Notulen Reuni PIKA DKI

 

Hari              :   Minggu

Tanggal        :   18-Nopember-2007

Jam               :   10.30 s/d 15.00

 

Jumlah Peserta    :   45 orang (terlampir)

 

Pembicara dari MABES PIKA :  1   Romo Riyo Mursanto S.J.

                                                      2   Bp. A Totok Susanto (angkatan XI)

                                                      3   Bp. Yoyok.

 

Kondisi PIKA sekarang :

 

  1. Pika secara grafik pertumbuhan sehat (masih untung).
  2. Kondisi Lingkungan PIKA di Iman Bonjol sudah kurang mendukung, karena oleh penduduk sekitarnya kebisingan mesin produksi sudah dirasakan mengganggu (dampak dari urbanisasi dan semakin padatnya penduduk)
  3. Pika sadar akan tuntutan MUTU pendidikan dan SDM yang bagus.
  4. Peminat siswa yang akan masuk PIKA mengalami penurunan.
  5. BSB kurang Optimal pemanfaatannya.
  6. Banyak konsumen yang menuntut waktu produksi lebih cepat, karena saat ini waktu pengerjaan/pemesanan di rasa sangat lama.
  7. Sering mendapat undangan untuk mengajar atau sebagai nara sumber seminar di lembaga2 pemerintah maupun swasta dengan kondisi keterbatasan SDM yang ada.
  8. Mendapat kepercayaan untuk mendapat bantuan dari badan dunia IGI dan yang membanggakan PIKA mengalahkan institusi yang lebih besar dan hebat.
  9. Pimpinan PIKA yang baru mau menyatukan kekuatan yang tersembunyi Alumni PIKA menjadi suatu sinergi yang sangat bermanfaat untuk Institusi PIKA dan para Alumninya.

 

Kondisi Alumni PIKA DKI sekarang :

 

1.      Alumni PIKA masih sebatas sebagai wadah untuk "Temu Kangen" saja.

2.      Banyak anggota yang menganggap tidak bermanfaat dan hanya buang waktu untuk berkumpul.

3.      Padatnya aktifitas para Alumni dan jarak tempuh yang lama/panjang membuat waktu para Alumni terbatas untuk bersua sesama eks-siswa.

4.      Tidak ada "DAYA TARIK/MAGNIT" yang bisa menyatukan dan membuat solid ALUMNI PIKA seperti ATMI, LOYOLA, ITB dll.

5.      Tidak membawa keuntungan secara "FINANCIAL".

6.      Alumni PIKA kalau ada Proyek dalam jumlah yang besar dan di luar kemampuan untuk melayani bingung mau minta tolong siapa ???

7.      Kalau ada Problem Tehnik maupun Non Tehnik tidak ada tempat untuk bertukar pendapat dan berbagi pengalaman ke rekan2 sesama Alumni.

 

Kondisi ideal yang akan diwujudkan di masa depan :

 

  1. Pika harus membawa keuntungan secara kontinyu dan bisa mencapai titik minimum untuk mencukupi jumlah karyawan dan guru pada level kehidupan yang sangat layak sehingga bisa bekerja dengan loyalitas total (konsentrasi).
  2. Pika bisa menjadi salah satu pemain industri kayu yang di perhitungkan di tingkat national.
  3. Alumni PIKA bisa memberikan kontribusi yang berarti untuk kesejahteraan anggotanya, guru maupun karyawan PIKA.
  4. Para Alumni bisa merasakan manfaat untuk berkumpul dan mempunyai kebanggaan sebagai Alumni PIKA (ada daya tarik/magnit).
  5. Mempunyai suatu wadah yang membuat para eksiswa bisa maju bersama secara moral maupun material.
  6. Bisa menggarap tender proyek dalam skala yang lebih besar yang selama ini hanya lewat di depan mata para ALUMNI PIKA,
  7. Bersama PIKA (produksi) bisa saling mendukung dan menggarap peluang-peluang yang masih sangat banyak di industri kayu.

Solusi yang di tawarkan & sedang berlangsung:

 

1.      PIKA membuka diri dan menjalin hubungan dengan Eks-siswa dengan lebih baik lagi dan berkesinambungan.

2.      Alumni membuat suatu badan usaha yg berkekuatan hukum yang nantinya menjadi partner PIKA (Sekolah/Produksi).

3.      Badan usaha yang dibentuk akan mempunyai BOD (Board Of Director) yang mengontrol kinerja para Profesional yang dipekerjakan untuk menjalankan Badan Hukum tersebut.

4.      Semua Alumni PIKA bisa ikut andil dan berkontribusi sebagai pemegang saham lewat "KOPERASI" yang di bentuk. Dan KOPERASI ini juga sebagai salah satu pemegang saham di Badan Usaha tersebut.

 

Posting dari Thomas Arvino Eman.

08 November, 2007

Fw: Rencana sosialisasi hasil reuni 2007 ke Jakarta dan Surabaya

----- Original Message -----
Sent: Thursday, November 08, 2007 3:28 PM
Subject: Rencana sosialisasi hasil reuni 2007 ke Jakarta dan Surabaya

Kepada Yth. para Alumny PIKA,
 
Dengan hormat,
 
Untuk mensosialisasikan hasil reuni tahun 2007 sehubungan dengan rencana pendirian Perusahaan Terbatas PIKA - Alumny dan beramahtamah dengan direktur baru PIKA, kami memikirkan perlunya kunjungan direkrut ke Jakarta dan Surabaya. Atas usul alumny dan jadwal direktur, kami mengusulkan waktu kunjungan sebagai berikut:
 
Sosialisasi hasil reuni dan acara ramah tamah wilayah Jakarta dan Jawa Barat diadakan hari Minggu 18 November 2007 jam 13.00. Tempat akan ditentukan oleh alumny Jakarta dan Jawa Barat. Kepada saudara Thomas Arvino Eman kami mohon kesediaannya untuk menyampaikan kepada teman-teman dan menanggapi usulan kami.
 
Sosialisasi hasil reuni dan acara ramah tamah wilayah Jawa Timur dan Indonesia Timur diadakan hari Selasa 20 November 2007 jam 18.30. Tempat akan ditentukan oleh alumny Jawa Timur dan Indonesia Timur. Kepada saudara Cahyo Adhi kami mohon kesediaannya untuk menyampaikan kepada teman-teman dan menanggapi usulan kami.
 
Bila saudara Thomas dan saudara Cahyo serta teman-teman setuju dengan usulan di atas, kami yakin Romo Riyo Mursanto, SJ akan senang hati untuk bertemu. Dalam beberapa kesempatan, beliau menyampaikan harapannya untuk dapat beramahtamah dengan para alumny PIKA.
 
Terimakasih atas luang waktu untuk membaca email kami,
 
Salam,
A. Totok Susanto (angkatan XI)

30 Oktober, 2007

Slip Merah dan Slip Biru dalam Tilang

Sedikit Catatan tentang Slip Merah dan Slip Biru dalam Tilang
[10/8/07]
Bila sedang malas, atau kebetulan bank tutup, pengendara yang kena tilang
boleh membayar denda secara langsung ke petugas khusus.


Anda pernah merasa kesal karena kena tilang polisi karena motor Anda tak
memiliki kaca spion? Mungkin di hari lain, mobil Anda ditilang hanya karena
melewati garis batas putih di traffic light beberapa senti? Anda tidak
sendirian. Bisa jadi puluhan orang tertimpa nasib yang sama setiap hari.
Sayang, acapkali rasa kesal terhadap polisi muncul karena ketidaktahuan kita
sendiri terhadap proses tilang yang sebenarnya. Apalagi kalau sudah bicara
slip merah atau slip biru.

Kurangnya pemahaman tentang mekanisme tilang dan makna lembaran surat tilang
membuat pengendara lebih sering mencari jalan pintas. Bayar...langsung
tancap gas. Saat ditanya arti slip merah dan slip biru, beberapa orang
pengendara yang sedang mengurus tilang di PN Jakarta Selatan hanya angkat
bahu. Ketidaktahuan acapkali terjadi karena minimnya informasi.

Lantaran itu pula, pengendara tak menghiraukan manakala polisi langsung
mencatat data di atas slip merah. Padahal, selain slip warna merah, Anda
sebagai pengandara berhak meminta slip berwarna biru. Pengalaman hukumonline
pertengahan Juli lalu menunjukkan, memang tidak mudah mendapatkan slip biru
kalau tidak diminta.

"Selamat malam Pak, Anda belok saat lampu telah menyala". Kalimat itu
membuarkan lamunan malam ketika waktu menunjukkan pukul 23.00 WIB lewat.
Seorang petugas polisi lalu lintas minta surat-surat kendaraan. Lantaran
sudah larut malam dan tak ingin urusan menjadi ribet, wartawan hukumonline
mengaku salah dan minta diberikan slip biru.

Permintaan itu tak langsung dipenuhi. Apalagi hukumonline menanyakan
bagaimana mekanisme pembayaran denda lalu lintas ke Bank Rakyat Indonesia.
Polisi yang menahan memanggil polisi lain. Barulah permintaan slip biru
dipenuhi.

Tiga opsi bagi pelanggar

Menurut Direktur Lalu Lintas Mabes Polri, Kombes Pol Yudi Sushariyanto,
tindakan langsung terhadap pelanggaran lalu lintas, lazim disebut tilang,
adalah salah satu bentuk penindakan pelanggaran lalu lintas yang dilakukan
Polri. Penyelesaian atas pelanggaran itu berada dalam sistem peradilan
pidana (criminal justice system yang melibatkan kejaksaan dan pengadilan.
Mengacu pada Pasal 211 KUHAP dan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993,
terdapat 28 jenis pelanggaran yang dapat dikenakan tilang.

Yudi menjelaskan, sistem tilang yang berlaku saat ini memberi tiga opsi bagi
pelanggar. Seseorang bisa minta disidang di pengadilan, mau bayar ke Bank
Rakyat Indonesia, atau pilihan lain dititipkan kepada kuasa untuk sidang.
Kuasa untuk sidang itu tidak lain adalah polisi. Pilihan-pilihan ini sudah
berlangsung sama, sesuai Surat Keputusan Kepala Kapolri No.Pol:
SKEP/443/IV/1998, tanggal 17 April 1998 (SK 1998).

Dijelaskan Yudi, ketiga opsi ini dibuat dengan tujuan untuk memudahkan
pengendara menyelesaikan pelanggaran yang dia lakukan. Tinggal pilih opsi
yang mana, sehingga proses penindakan tidak sampai terlalu mengganggu
aktivitas pelanggar. Kalau punya waktu ke pengadilan, ya monggo. Mau bayar
lewat bank, silahkan.

Gambaran lebih teknis dipaparkan oleh Loekito. Kepala Divisi Pembinaan dan
Penegakan Hukum Direktorat Lalu lintas Polri ini menjelaskan Indonesia tidak
menggunakan sistem tiket seperti di luar negeri secara murni. Tapi dipakai
sistem penggabungan (hybrid-red) sesuai hukum acara Indonesia. Memang
masyarakat diberi alternatif, "Kalau orang dikasih lembar biru, dia bisa
titip uang sesuai tabel, atau bisa langsung ke BRI (Bank Rakyat Indonesia,
red) di mana saja atau ke kantor pos" ujarnya.

Apabila pelanggar memilih untuk membayar ke BRI, lanjut Loekito, polisi bisa
menunjuk petugas khusus atau pelanggar bisa menyetorkan denda ke BRI cabang
saja. BRI kemudian memberikan struk sebagai bukti, lalu pelanggar tinggal
datang ke kantor polisi yang ditunjuk penilang. Setelah pelanggar membayar
denda dan meminta kembali SIM/STNK yang dititipkannya, lembar biru tersebut
dikirim ke Pengadilan Negeri untuk dilaksanakan sidang tanpa kehadiran
pelanggar (verstek).

Pertimbangan Polri untuk bekerjasama BRI ialah jangkauan yang luas hingga ke
pelosok-pelosok. "Pelanggar bisa membayar ke BRI dimana saja. Nanti uang
ditilang disetor ke kas negara, bukan pemerintah daerah" tutur Loekito.

Besarnya denda ditentukan dari tabel jumlah uang tilang yang telah
disepakati hakim. Jumlah denda pada tabel ini berbeda untuk tiap provinsi.
Tabel yang juga dilampirkan di belakang buku tilang ini, dibuat untuk
mempermudah pelanggar.

Petugas khusus

Selain ikut sidang dan membayar ke BRI, dengan slip biru pelanggar bisa
memberi uang titipan ke petugas khusus (polisi). Dengan cara ini, menurut
Loekito, pelanggar itu memberi kuasa kepada polisi untuk hadir disidang, dan
perkaranya akan disidangkan secara verstek. "Surat tilang berlaku sebagai
surat kuasa juga" ujarnya. Misalnya BRI tutup, hari sudah malam atau malas
orangnya, dia dapat menyetor ke petugas khusus. Kemudian petugas tersebut
membayar ke BRI dan mengirimkan slipnya ke Pengadilan Negeri" tuturnya.

Menurut Lampiran SK 1998 sebagai petunjuk teknis tentang penggunaan blanko
tilang, apabila ada kepentingan mendesak terdakwa dapat menyetorkan uang
titipannya ke petugas khusus yang ditunjuk (Polantas), di Kantor Satlantas
setempat. Penyidik harus dapat memastikan kepada terdakwa kapan dan di mana
terdakwa dapat mengambil kembali barang titipannya (SIM/STNK yang
dititipkan) setelah menyerahkan uang titipan di BRI atau petugas khusus itu.

Sambil menunjukkan slip tilang Loekito menjelaskan bahwa surat tilang dapat
berkedudukan sebagai surat kuasa. Hal ini sesuai dengan kesepakatan Mahkamah
Agung, Kejaksaan, dan Polisi (Mahkejapol). Ia kemudian menambahkan, Polantas
yang bertugas juga tidak bisa main-main. Tidak semua polantas memegang slip
tilang, tergantung siapa yang diberi blanko tilang oleh komandannya. "Kita
punya sistem pertanggungjawaban dengan sidang kode etik".

Dalam slip tilang tersebut tercatat nomor kode polisi yang bertanggungjawab
atas blanko tilang tersebut, sehingga komandan dapat menyita blanko itu.
Selain itu Yudhi menambahkan, Kalau polisi bermain akan 'dikejar' Kejaksaan
karena tembusan tilang dibuat ke Kejaksaan dan pengadilan.

Halaman 18, Buku Petunjuk Teknis Tentang Penggunaan Blanko Tilang
(Lampiran SKEP KAPOLRI Skep/443/IV/1998)

e. Terdakwa:

1. Menandatangani Surat Tilang (Lembar Merah dan Biru) pada kolom
yang telah disediakan apabila menunjuk wakil di sidang dan sanggup menyetor
uang titipan di Bank yang ditunjuk.

2. Menyetor uang titipan ke petugas khusus bila kantor Bank (BRI)
yang ditunjuk untuk menerima penyetoran uang titipan terdakwa
(pelanggar-red) tutup, karena hari raya/libur, dan sebagainya.

3. Menyerahkan lembar tilang warna biru yang telah
ditandatangani/dicap petugas kepada penyidik yang mengelola barang titipan
tersebut.

4. Menerima tanda bukti setor dari petugas khusus (Polri) apabila
peneyetor uang tititpan terpaksa dilakukan diluar jam kerja Bank (BRI).

5. Menerima penyerahan kembali barang titipannya dari
penyidik/petugas barang bukti/pengirim berkas perkara berdasarkan bukti
setor dari petugas khusus atau lembaran tilang warna biru yang telah
disyahkan oleh petugas Bank (BRI).

6. Menerima penyerahan barang sitaannya dari petugas barang bukti
setelah selesai melaksanakan vonis hakim (dengan bukti eksekusi dari
Eksekutor/Jaksa dan melengkapi kekurangan-kekurangan lainnya (SIM,
STNK/kelengkapan kendaraan) à (bila memilih sidang-red)

Dengan berlangsungnya otonomi daerah, Yudi berpendapat ada beberapa
pengadilan yang meminta untuk memproses seluruh tilang lewat persidangan.
Walau sebenarnya prosedurnya terdapat tiga opsi tadi. "Polda Metro Jaya
maunya juga petugasnya tidak menerima uang. Agar tidak ada anggota yang
terima titipan" tutur Loekito.

Ditambahkan Yudi, dengan mengharuskan orang ke untuk pengadilan maka
pelanggar akan direpotkan. "Ini yang harusnya direspon masyarakat, kita
maunya kecepatan dan ketepatan" tandas Yudi. "Kasihan masyarakat, karena ada
pihak yang ingin tidak mempermudah. Mereka tidak mau mempercepat
(proses-red) si pelanggar" tandas Yudi. Menurutnya polisi ingin menyerahkan
pada keinginan masyarakat. Selain karena tiga opsi ini masih berlaku,
menurut Loekito seharusnya juga ditanyakan kepada masyarakat. "Kalau mau
sidang boleh, tidak juga tidak apa-apa" ujarnya.

Memilih opsi membayar ke BRI juga tidak gampang. Seorang anggota Polantas
berujar, memilih slip biru berarti sudah tahu prosedur. Kalau tidak, ya
bakal repot juga. Sebab, sebelum ke BRI, pelanggar lalu lintas harus datang
ke kantor polisi dulu untuk meminta cap. Di sana, petugas Ditlantas akan
menunjuk BRI tempat membayar denda tilang. "Jadi, bayarnya tidak langsung.
Tidak online," ujar polisi tadi.

Setelah dari BRI, pelanggar harus balik lagi ke kantor polisi untuk
mengambil SIM. Meski terkesan ribet, demi pengalaman dan pengetahuan
hukumonline mengikuti petunjuk teknis Pak Polisi. Tiga hari setelah ada cap
dari kantor polisi, kini berurusan ke BRI Pusat di kawasan Jalan Sudirman
Jakarta. Berbekal tanda bukti pembayaran denda dari bank, hukumonline
meluncur ke Polda Metro Jaya. Tak sampai lima menit, Surat Izin Mengemudi
(SIM) pun dikembalikan.

Lantas, Anda pilih slip yang mana? Silahkan kirimkan pengalaman Anda ke
redaksi@hukumonline.com. Siapa tahu berbagi informasi bisa membuat pemahaman
banyak orang tentang aturan berlalu lintas kian bertambah.

(KML)

25 Oktober, 2007

Oleh-oleh Reuni Lustrum VII - Part 2.

Reuni Lustrum VII
 
Kalau dilihat dari jumlah kehadiran alumni, reuni kemarin kurang berhasil, kurang dari 100 orang yang hadir. Tetapi kalau dilihat dari keterbukaan PIKA menyambut kedatangan para Alumni, sangat baik. Ada acara melihat-lihat bengkel produksi, baik di Imam Bonjol maupun di BSB. Selain itu dimeriahkan pula dengan acara "Membangkitkan Motivasi" di sela-sela sesi diskusi dan acara ramah-tamah. Panitia mengundang seorang "Motivator", Stevanus Rizal, untuk membangkitkan semangat para Alumni. Saya lihat Romo Riyo selalu hadir dalam setiap acara, demikian pula para petinggi Pika.
 
Secara garis besar, acara berlangsung sebagai berikut :
1. Pika menginformasikan kondisi terakhir PIKA.
PIKA kekurangan tenaga Guru, karena saat ini di SMTIK-PIKA setiap tingkat terdiri dari 2 kelas pararel dan tingkat Akademi ada 3 tingkat (kelas). Untuk Diklat juga kekurangan tenaga. Harga produk PIKA terlalu mahal sehingga sulit mendapatkan order, akibatnya mesin-mesin tidak terpakai optimal. PIKA kurang dikenal sehingga jumlah calon siswa menurun dibandingkan dengan pada waktu hanya terima satu kelas.
 
2. Alumni memberikan masukan kepada PIKA.
Alumni yang hadir dibagi menjadi 3 kelompok dikusi : Marketing, Produksi dan Diklat.
 
3. Ramah-tamah.
Acara santai.
 
Secara keseluruhan berjalan cukup baik. Suasana capai, panas dan ngantuk hampir dapat dikatakan tidak ada karena kelihayan Sang Pembangkit Motivasi, Stevanus Rizal.
 
Semoga masukan-masukan dari para Alumni Pika ada yang cukup positip dan dapat ditindak lanjuti oleh PIKA.
 
Salam,
PDS

24 Oktober, 2007

Oleh-oleh Reuni Lustrum VII - Part 1.

Halo rekan-rekan di mana saja anda berada.
Saya akan coba menulis semacam "laporan pandangan mata" tentang Reuni
Lustrum VII Alumni Pika yang berlangsung tanggal 17 & 18 Oktober kemarin.
Namun karena saya tulis sambil bekerja, maka minta maaf kalau
sepotong-sepotong.

Mendirikan Perusahaan (PT)
Ada hal menarik yang disampaikan Direktur Pika, Rm. Riyo Mursanto SJ, dalam
pidato pembukaan. Beliau mengemukakan suatu gagasan mengenai pembuatan suatu
perusahaan berbadan hukum, katakanlah PT, yang pemegang sahamnya adalah Pika
dan para Alumni Pika. Adapun pertimbangan beliau antara lain :
1. Memanfaatkan mesin-mesin Pika yang masih belum termanfaatkan maksimal.
2. Reuni akan lebih mudah karena sekalian Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
4. Karena berbentuk PT maka bisa "profit oriented", tidak seperti Yayasan.
5. Karena dikelola oleh Alumni Pika secara profesional, maka diharapkan
menghasilkan keuntungan yang maksimal, baik untuk Pika maupun Alumni Pika.
6. Bisa memberi pekerjaan kepada Alumni yang belum mendapat pekerjaan.

Gagasan mendirikan PT sebetulnya bukan gagasan baru. Sebelum ini, pada waktu
IKAPIKA Semarang mau menerbitkan MESEM, juga sudah terpikir untuk mendirikan
PT. Yang baru adalah gagasan keikutsertaan Pika sebagai pemegang saham
dengan menyerahkan mesin-mesin sebagai share Pika.

Ide pendirian PT ini umumnya mendapat sambutan positif dari para alumni.
Bahkan ada yang menginginkan agar pada akhir tahun ini sudah terbentuk.
Panitia Reuni memutuskan untuk membentuk Team Kecil yang akan mempersiapkan
pembentukan PT ini. Semoga saja Panitia Kecil ini dapat secepatnya bekerja,
mempertimbangkan ini-itu, sehingga pendirian PT ini dapat terealisasi.

Yang menurut saya perlu dipertimbangkan oleh Team Kecil : PT ini
memungkinkan semua atau sebanyak mungkin Alumni Pika menjadi pemegang saham.
Jangan sampai PT ini hanya menjadi milik beberapa gelintir orang, sehingga
sasaran "RUPS menjadi ajang reuni" tidak tercapai. Semoga.

Salam,
PDS

27 September, 2007

Marah

Marah

Beberapa tahun yang lalu, kalau tidak salah tahun 1996, saya berkunjung ke
kota Pontianak, teman saya di sana mengajak saya memancing Kepiting.
Bagaimana cara memancing kepiting ?


Kami menggunakan sebatang bambu, mengikatkan tali ke batang bambu itu, di
ujung lain tali itu kami mengikat sebuah batu kecil. Lalu kami mengayun
bambu agar batu di ujung tali terayun menuju kepiting yang kami incar, kami
mengganggu kepiting itu dengan batu, menyentak dan menyentak agar kepiting
itu marah, dan kalau itu berhasil maka kepiting itu akan 'menggigit' tali
atau batu itu dengan geram, capitnya akan mencengkeram batu atau tali dengan
kuat sehingga kami leluasa mengangkat bambu dengan ujung tali berisi seekor
Kepiting gemuk yang sedang marah.


Kami tinggal mengayun perlahan bambu agar ujung talinya menuju sebuah wajan
besar yang sudah kami isi dengan air mendidih karena di bawah wajan itu ada
sebuah kompor dengan api yang sedang menyala. Kami celupkan kepiting yang
sedang murka itu ke dalam wajan tersebut, seketika Kepiting melepaskan
gigitan-nya dan tubuhnya menjadi merah, tak lama kemudian kami bisa
menikmati kepiting rebus yang sangat lezat.


Kepiting itu menjadi korban santapan kami karena kemarahannya, karena
kegeramannya atas gangguan yang kami lakukan melalui sebatang bambu, seutas
tali dan sebuah batu kecil.


Kita sering sekali melihat banyak orang jatuh dalam kesulitan, menghadapi
masalah, kehilangan peluang, kehilangan jabatan, bahkan kehilangan segalanya
karena : MARAH.


Jadi kalau anda menghadapi gangguan, baik itu batu kecil atau batu besar,
hadapilah dengan bijak, redam kemarahan sebisa mungkin, lakukan penundaan
dua tiga detik dengan menarik napas panjang, kalau perlu pergilah ke kamar
kecil, cuci muka atau basuhlah tangan dengan air dingin, agar murka anda
mereda dan anda terlepas dari ancaman wajan panas yang bisa menghancurkan
masa depan anda.

26 September, 2007

Untuk Inspirasi Alumni PIKA

Dari Mendesain sampai Purna Jual

KETIKA Diana Dewi (32) lulus dari Jurusan Desain Interior, Universitas
Trisakti, dia bingung ke mana mesti melamar pekerjaan. Saat itu, krisis
moneter mendera Tanah Air, hingga pembangunan rumah maupun gedung tidak
berjalan dan banyak orang yang sudah bekerja terkena pemutusan hubungan
kerja (PHK).

KALAU mereka yang punya pengalaman kerja saja di-PHK, apalagi saya yang
fresh from the oven. Jadi, saya tahu diri, saya enggak melamar pekerjaan ke
perusahaan konsultan, developer, atau produsen mebel. Kebetulan sewaktu
kuliah, kami harus membuat tugas berbagai produk, jadi saya kenal beberapa
tukang kayu, kata Diana, desainer interior Kagelupe Home Design di kawasan
Kemang, Jakarta Selatan.

Diana pun memberanikan diri membuat mebel dan menyediakan jasa mendesain
interior. Agar orang mengenalnya, Diana kerap mengikuti pameran dan bazar.
"Konsumen awal saya justru orang asing, makanya setelah punya sedikit uang,
saya membuka tempat kecil di Kemang, kawasan tinggalnya orang asing di
Jakarta," Diana mengenang.

Konsep yang ditawarkan Diana adalah mendesain sekaligus membuatkan mebel
sesuai hasil kesepakatannya dengan konsumen, dan harganya dibuat semurah
mungkin. Meskipun relatif murah, namun kualitas tetap diutamakannya. Alasan
Diana, "Untung tidak perlu banyak, rugi pun enggak apa-apa, asal konsumen
puas dan mau cerita ke teman-temannya. Maka, kesinambungan pesanan ini yang
saya cari," ujarnya.

Oleh karena dia menyukai gaya modern simpel, maka desain mebel produknya pun
umumnya bergaya sama. Agak berbeda dengan Diana yang memang punya latar
belakang desainer interior, Hery Pramono (31) yang lulus sebagai arsitek,
justru lebih tertarik mendesain interior dan memproduksi mebel.

"Sejak semester dua, sekitar tahun 1993 saya sudah menerima pesanan bufet.
Kebetulan saya kenal tukang yang bagus, makanya dengan sedikit kemampuan
menggambar saya bisa berkomunikasi dengan konsumen maupun tukang kayu," kata
Hery yang sejak tahun 2000 memiliki tempat kerja dan sekitar 30-an pekerja
di kawasan selatan Jakarta.

Sebagian "ilmu" soal mebel justru diperoleh Hery dari para tukangnya. Dia
mengaku daya imajinasi, kemampuan menggambar, dan hobinya menata ruang yang
membawanya ke dunia desain interior. "Setelah sekitar delapan tahun menekuni
desain interior dan membuat mebel, saya tahu di sini diperlukan selera yang
bagus dan insting yang kuat. Sementara persoalan teknisnya bisa menyusul
kemudian," tutur Hery yang punya kliennya menyebar dari Tanjung Duren,
Jakarta Barat, sampai Cilandak, Jakarta Selatan.

Tak jauh berbeda dari Hery, Nancy Lianita (26), yang berlatar belakang
pendidikan arsitektur, juga memberanikan diri menekuni desain interior
sekaligus memproduksinya. "Saya merasa tidak sanggup bekerja sebagai
arsitek. Ini pekerjaan jangka panjang, dan selama itu pula kita mesti
berhubungan terus dengan tukang yang kelakuannya macam-macam," kilahnya.

Sementara sebagai desain interior sekaligus produsennya, dia merasa lebih
pas, karena pekerjaan membuat mebel relatif lebih cepat daripada membangun
rumah, dan tak memerlukan banyak tukang. "Konsumen saya banyak yang minta
desain untuk dapur dan lemari untuk kamar baju," kata Nancy yang sekarang
punya 18 tukang ini.

HERY, Nancy, dan Diana hanyalah sebagian dari banyak orang dari berbagai
latar belakang yang-terutama setelah krisis moneter-terjun menjadi desain
interior sekaligus memproduksinya. Dalam berhubungan dengan konsumen, mereka
tak hanya berlaku sebagai desain interior saja, tetapi sekaligus menjadi
produsennya.

Alasan umum yang dikemukakan, dengan memiliki tempat kerja sendiri, mereka
merasa lebih mudah mendapatkan desain seperti yang diinginkan. Padahal
sebagian orang berpendapat, desainer interior sebaiknya berkonsentrasi pada
penataan ruangnya semata, sementara produksi diserahkan kepada yang lain.
Alasannya, dalam hal ini desainer interior pun berfungsi sebagai "alat
kontrol" terhadap barang yang sudah dipesan sesuai kesepakatan desainer
interior dengan konsumennya.

Bila desainer interior sekaligus menjadi produsen mebelnya dikhawatirkan
idealisme artistik dan kepentingan konsumen bisa terabaikan.
Pertimbangannya, bila barang yang diproduksi ternyata tak sesuai dengan tata
interiornya, bisa-bisa si desainer interior mengalahkan penataan interiornya
sebab dia tak ingin merugi dengan membetulkan atau membuat baru mebel yang
tak sesuai tersebut.

Mengenai hal itu, Hery mengatakan, sebelum mencapai kesepakatan dengan
konsumennya, dia biasanya telah mengadakan berkali-kali pembicaraan disertai
dengan gambar-gambar. Dia harus merasa yakin bahwa konsumennya paham
maksudnya, dan mereka sepakat dengan apa yang ditampilkan dalam gambar tiga
dimensi buatannya.

"Agar bisa tetap berkonsentrasi, saya membatasi diri dalam mengerjakan
proyek. Pada saat bersamaan, paling banyak saya mengerjakan tiga proyek
saja. Saya takut overload dan mengakibatkan duplikasi pada desain mebelnya,"
kata Hery. Kalau dia tidak membatasi diri, dalam sebulan bisa lima proyek
datang padanya. Seandainya klien setuju, dia akan menunda proyek yang datang
sampai proyek yang tengah dikerjakannya selesai. Akan tetapi, bila kliennya
terburu-buru, permintaan itu terpaksa ditolaknya.

Ibaratnya pemain sinetron yang bisa pecah konsentrasinya bila harus bermain
dalam banyak judul dalam masa syuting bersamaan, para pendesain dan pembuat
mebel ini juga khawatir tak bisa memuaskan konsumennya. Diana yang kini
tengah menyelesaikan tujuh proyek, berani menerima sekitar 10 proyek dalam
masa bersamaan karena dalam menjalankan usahanya dia dibantu teman-temannya
yang juga desainer interior.

"Seperti sekarang ini, pada saat yang sama saya harus menyelesaikan 7-10
proyek, dan semuanya minta selesai sebelum hari Lebaran. Kami harus bekerja
keras supaya proyek bisa selesai tepat waktu dengan kualitas terjaga," kata
Diana yang kini mempunyai 20 orang pekerja di bengkelnya.

Hubungan dengan konsumen pun tidak terputus begitu proyek selesai. Diana dan
Hery misalnya, mau menerima perbaikan atau perubahan yang diinginkan
konsumennya pada mebel produk mereka, meskipun usia mebel sudah dua-tiga
tahun. Ini semacam servis purna jual, dengan ongkos tak semahal pembuatan
baru.

KALAU mendengar cerita beberapa desainer sekaligus produsen interior,
tampaknya bidang usaha ini masih terbuka. Mereka memang keberatan
menyebutkan berapa omzet usahanya selama ini. Namun hal pasti, kalau semula
mereka mengerjakan interior rumah-rumah kalangan menengah ke atas, sekarang
mulai merambah ke kantor dan juga interior untuk kafe-kafe.

Diana misalnya, berusaha berpromosi lewat televisi dengan menyediakan mebel
yang dibutuhkan stasiun televisi tersebut. Lewat cara inilah orang mengenal
namanya, dan pesanan pun datang. Maka, kalau semula dia yang mendatangi
stasiun televisi, kini merekalah yang minta Diana membuatkan mebel untuk
keperluan mereka. "Saya juga diminta mengisi acara Home And Beauty di SCTV,
yang intinya bagaimana menata interior dengan mengetengahkan penampilan
interior sebelum dan sesudah ditata," ujarnya.

Mereka secara tak langsung menyatakan usahanya masih "kelas" menengah ke
bawah, namun dengan klien dari kalangan menengah ke atas. Alasannya, orang
yang ingin menampilkan "dirinya" lewat interior biasanya memiliki uang lebih
banyak daripada kebutuhan mereka bila berbelanja interior di toko mebel
biasa.

Bayaran yang biasa dipungut para desainer interior-selain biaya untuk
berbelanja bahan dan membayar tukang-berkisar antara 7 hingga 10 persen dari
nilai proyek. Sementara harga mebel buatan mereka amat bervariasi,
tergantung dari desain, penggunaan bahan, serta tingkat kesulitan
pembuatannya.

Agar tidak ketinggalan tren, para desainer interior dan produsennya ini
harus rajin mengikuti perkembangan tren mebel dengan segala aksesorinya.
Menurut Hery, barang-barang kecil yang berkaitan dengan mebel, seperti
engsel lemari, rel, dan pegangan pintu amat beragam model, warna dan
kualitasnya. "Hal seperti ini tidak bisa kita dapatkan hanya lewat majalah
interior, tetapi kita sendiri mesti rajin jalan-jalan ke pusat-pusat
peralatan interior. Ini belum termasuk perkembangan warna dan corak kain
pelapis yang juga sangat banyak jenisnya," tuturnya.

Beragamnya produk mebel para desainer sekaligus produsen interior ini
membuat harga satuan mebel mereka pun sangat bervariasi, dari sekitar Rp
250.000 sampai puluhan juta rupiah. Sedang omzetnya dalam setahun berkisar
antara ratusan juta rupiah hingga dua miliar rupiah. Sangat lumayan.. (CP)

20 September, 2007

13 September, 2007

Wisata di Danau Toba



Inilah Boat yang melayani penyeberangan penumpang dari Prapat ke Tomok di Pulau Samosir. Menyeberangi danau yang tenang di udara yang sejuk. Nyamaaaan...!



Mumpung di Museum orang Batak, nyobain pakaian Batak. Gagah juga lho !















Patung Sigale-gale dengan legendanya menjadi daya tarik tersendiri bagi Samosir.

Wisata di kota Bukittinggi



Salah satu obyek wisata di kota Bukittinggi adalah Goa Jepang. Goa peninggalan jaman PD.II yang dibuat oleh Jepang ini sungguh mengagumkan. Di bawah kota Bukittinggi ada lebih dari 5 KM Goa seperti ini. Mulit Goa ada di beberapa tempat, antara lain di Benteng Fort De Kock (sebelah timur kota) dan Ngarai Sianok (sebelah barat kota). Kita dapat membayangkan berapa ribu orang Romusha yang dipekerjakan dan mati di tempat ini.



Bagian dalam Goa (sayang gambarnya kurang tajam). Bisa dibayangkan kalau tanpa lampu, betapa mengerikan suasana di dalam Goa.

12 September, 2007

Masalah PIKA buat BRUDER!!!

Iya nih, Thomas bikin bingung aja.
Thomas mengangkat pemikiran bahwa Bruder salah memilih pengganti Bruder
sebagai Direktur PIKA.
Menurut saya, pernyataan ini kurang tepat, karena :

1. PIKA bernaung di bawah Yayasan Kanisius. Jadi dalam hal ini pengambil
keputusan mengenai siapa pengganti Bruder adalah Yayasan Kanisius
(Provinsial SJ ?), bukan Bruder. Kalau Bruder pada waktu itu mengkader Romo
Joko, menurut saya pasti bukan karena kemauan Bruder pribadi, tetapi atas
permintaan atasan. Bruder sekedar pelaksana.

2. Fakta bahwa Romo Joko sebelum menjabat sebagai Direktur sudah melalui
proses magang sebagai Wakil Direktur, menurut saya sudah merupakan proses
pengkaderan yang baik. Terlepas bahwa kepemimpinan Romo Joko ada yang
menilai gagal, bukan berarti merupakan kesalahan pengkaderan.

3. Kalau toh dikatakan ada unsur "salah pilih orang", bagaimana bisa
dikatakan salah pilih kalau calonnya hanya satu ? Alumni PIKA yang masuk SJ
kan baru satu. Dus, tidak ada calon lain. Mungkin nanti akan tiba saatnya
Direktur PIKA bisa dijabat orang profesional awam (bukan SJ).

4. Kalau toh Romo Joko dinilai gagal. Ya namanya manusia, sekali-kali bisa
gagal juga. Tidak usah disesali.

5. Saat ini bukan saatnya lagi mencari siapa yang salah. Saat ini PIKA sudah
punya Direktur baru lagi. Apakah pasti berhasil ? Tidak ada yang bisa jamin,
kalau tidak didukung oleh semua yang terlibat, termasuk kita.

Salam,
PDS

----- Original Message -----
From: Yustinus Utama

Halo om Tri
pa kabar nih?
Garrinchanya angk. 25 plus duet striker dengan Mas Wayan.
Kangen nih ma kamu. Piye ntar da reuni datang ga???
Sekarang kerja dimana? Da masalah apa kok Bruder ampe dibawa2 ke mailis
PIKA?Masih inget aku kan TEMPIR 26 th, aku ge ntes wae join di mailis Alumni
PIKA, Wayan kerja di KLI bagian Garden Furniture, masih sering kontak ke dia
ga????

Tri Buana <tribuana_st@yahoo.com.sg> wrote:

Maaf,
Topik masalahnya apa....

Yang jadi binun???
Tri Buana

----- Original Message -----
From: Steven Seagal

Bruder yang baik hati ijinkan saya respon masalah PIKA
yach?

Itulah resiko kalo estafet kepimpinan gagal, Seperti
Bangsa Indonesia yang gagal memilih presiden yang MUMPUNI
(Handal&Cakap), maka dampak negatif semenjak kerusuhan Mei
1998 sampai sekarang Kita tidak bisa lepas dari krisis
seperti : Ekonomi, Moral, Disiplin, Rohani dllnya.

Dan Ingat pepatah "PEMBUSUKAN SELALU DIMULAI DARI KEPALA"

PIKA bisa terpuruk karena telah gagal di "Kepala"

Maaf Bruder jangan marah ya! waktu memilih Rm JK spekulasi
Bruder Gagal!, itu hal yang manusiawi, saya tidak
menyalahkan Bruder, Emang susah rambut sama hitam dalamnya
laut dapat diduga tetapi dalamnya hati tidak ada yang
tahu.

Atas semua hal yan terjadi, akhirnya sebagai orang timur
dan sebagai bangsa pemaaf dan pelupa maka Kita hanya bisa
NGELUS DADA dan menerima dengan LEGOWO dan IKHLAS menerima
keadaan yang ada.

Sekali lagi mohon maaf kalo ada kata2 yang keras dan
kurang berkenan di hati.

Sudah waktunya Kita dewasa untuk menerima perbedaaan dan
itulah salah satu gunanya MILIS ini dibentuk agar Kita
tidak ada jarak dan efesien untuk berbagi ide,saran dan
kritik.

Salam Hormat,
Thomas.

Usul bahan diskusi Reuni

Halo Panitia Reuni !

Pada waktu Reuni IKAPIKA INTIM di Surabaya tahun 200* (lupa) tercetus
pemikiran bahwa salah satu usaha nyata Alumni PIKA dalam membantu
Almamaternya adalah dengan "membantu mencarikan / memberi order" supaya unit
produksi PIKA mencapai kapasitas optimal, sehingga dapurnya tetap mengepul.

Saya tidak tahu apakah pemikiran itu sudah diwujudnyatakan. Kalau belum atau
baru "sedikit-sedikit", saya usul dalam reuni kali ini hal itu dikonkritkan.
Kalau perlu dibentuk team khusus.

Salam reuni,
PDS

05 September, 2007

Guru Teman dan sahabat kita yang awet Muda



Wo.....
Rekan kita yang satu ini tidak berubah yach.....
masih awet muda...
hehehehe

Siapa yang mau naksir contact aja
hihihihih
Masih Jomblo Loh
he he he he

03 September, 2007

Reuni Alumni Pika 17 s.d 18 Oktober 2007

Haloo.....
Apa kabar.....
Lama ndak tulis menulis di milis nih.... sekarang ada blog alumni pika dan membuat kita tambah wawasan dan tidak gaptek lagi....
hehehehe
Ya... maklum lah... usia semakin bertambah tapi kalo tidak mengikuti perkembangan teknologi ya iok iok juga....

Minggu lalu Ada rapat untuk ngadain Reuni Pika tanggal 17 s.d 18 Oktober 2007....
Jangan lupa ikutan yo...
temen temen seperti Thomas dkk jakarta jangan lupa datang
apalagi yang dari Surabaya indonesia Timur juga diharapkan datang.....

Nah...
sekarang para alumni juga diberi tugas baru ngumpulin dana juga dan diharapkan ada Donatur deh....
hihihihih

oke deh....
nanti kalo sudah tiba waktunya saya ingetin lagi deh melalui SMS / email / dan Blogger alumni-pika...
salam sukses


Esn

30 Agustus, 2007

Rencana Awal LUSTRUM VII dan REUNI PIKA 2007

Kerangka Awal Diskusi Panel Lustrum VII dan Reuni PIKA
Semarang, 17 dan 18 Oktober 2007

Materi Diskusi adalah pengembangan divisi-divisi yang ada di PIKA supaya menjadi makin baik.

Divisi yang ada di PIKA saat ini adalah:
Divisi Pemasaran baik produk maupun jasa (pendidikan dan pelatihan baik informal maupun formal). Divisi ini dipimpin oleh Bp. Totok Susanto.
Divisi Operasi untuk produksi dipimpin oleh Bp. Yos Wiratno.
Divisi Pendidikan dan Pilatihan (Diklat) yang dipimpin oleh Bp. Among Subandi.
Divisi Umum yang meliputi SDM/Personalia, Pembelian, Keuangan dan Maintenance. Mungkin yang akan banyak dibahas adalah mengenai SDM. Divisi ini dipimpin oleh Fr. Willy.
Divisi Quality Assurance (QA) yang meliputi Kualitas Barang/Produk dan Kualitas Manajemen (WMM/Wakil Manajemen Mutu) yang terkait dengan ISO 9001 : 2000. Divisi ini dipimpin oleh Bp. Rushardiono.

Urutan Kerja:
Persiapan Bahan Presentasi oleh masing-masing Divisi. Masukan input bahan paling lambat 20 September 2007. Proses edit sampai dengan 30 September dan persiapan cetak materi paling lambat 6 Oktober 2007.
Distribusi Bahan presentasi akan dibagikan pada para alumnus yang hadir pada tgl 17 pagi di PIKA-BSB, Boja.
Waktu Presentasi adalah Rabu, 17 Oktober 2007 dan Kamis, 18 Oktober 2007.
i. Tgl. 17 Oktober 2007 (PIKA-BSB dan PIKA-Imam Bonjol)
08.00-09.00 registrasi peserta
09.00-10.00 pembukaan oleh Direktur PIKA – Rm. Riyo, SJ. Dengan penjabaran mengenai PIKA sekarang dan apa yang akan dilangsungkan dalam Reuni dalam 2 hari ini, serta sedikit banyak membahas materi diskusi hari kedua.
10.00-10.30 berkeliling melihat lebih dekat PIKA-BSB dan perkembangannya sampai saat ini
10.30-11.15 menuju PIKA-Imam Bonjol.
11.15-12.00 berkeliling melihat lebih dekat PIKA-Imam Bonjol dan perkembangannya sampai saat ini.
12.00-13.00 makan siang
ii. Tgl. 18 Oktober 2007 pagi (PIKA-Imam Bonjol)
08.00-08.30 regristrasi ulang peserta
08.30-09.00 pembukaan oleh Direktur Pika untuk penjabaran umum
09.00-09.30 forum Tanya jawab umum dan penjabaran aturan diskusi dan pembagian ruang oleh Bp. Rushardiono
09.30-10.00 pembagian snack, istirahat dan menuju ke pembagian ruang masing-masing materi diskusi.
10.00-11.30 diskusi sesuai materi masing-masing Divisi dan spesialisasi alumnus.
11.30-12.00 resume diskusi untuk memberikan rekomendasi, referensi atau saran pengembangan divisi tersebut. Pembentukan caretaker atau team sukses yang tetap saling terkait dan berhubungan untuk memantau jalannya rekomendasi yang diberikan. Keterkaitan tersebut dapat dibina melalui email, fax, telepon, sms ataupun saran komunikasi yang lain maupun melalui temu muka dalam bentuk rapat rutin atau rapat-rapat yang ditentukan.
12.00-13.00 Makan siang
13.00-14.00 Caretaker dan Panitia (pak Rushardiono dan Christian) akan membuat resume keseluruhan untuk dibagikan dan dibacakan pada acara malam ramah tamah di malam harinya.
iii. Tgl. 18 Oktober 2007 malam (Musium Ronggowarsito – Bundaran Kalibanteng)
a. 18.00-19.00 Pembacaan Pleno untuk resume diskusi yang terjadi di seluruh divisi agar alumni dapat mengetahui secara global apa yang terjadi di luar divisi yang diikutinya. Informasi mengenai caretaker dan nomer/alamat email yang dapat dihubungi untuk memberikan kepada alumni yang tidak dapat hadir pada pagi harinya untuk tetap dapat menyumbang saran atau bagi alumni yang mempunyai usulan lain bagi divisi yang tidak diikutinya pagi hari tadi.
Materi Diskusi: pada intinya akan dijabarkan kondisi PIKA saat ini dan tujuan ke depan untuk menjadi SBI (Sekolah Berstandar Internasional) misalnya mumpuni berbahasa Inggris dan bertehnologi up to date seperti melek internet. Akan diterangkan Strenght, Weakness, Opportunity dan Threat (SWOT) bagi divisi tersebut untuk diberikan rekomendasi aktual menuju pengembangan yang lebih baik. Khusus untuk divisi Pemasaran atau Operasi atau Diklat akan dikembangkan lebih lanjut mengenai kemungkinan simbiosis PIKA dengan pihak lain pada umumnya (institusi, yayasan atau perusahaan lain non PIKA) dan keluarga besar PIKA pada umumnya (alumni, mantan karyawan, mantan guru, pensiunan, guru, siswa, karyawan) sejauh mungkin untuk pendirian PT (perseroan terbatas) yang berbasis unit usaha (bukan hanya produksi mebel, tetapi bisa jadi pembuatan lem, importer asesories mebel, sentra design, paten design, sumber informasi alumni dll) , pembuatan Majalah Alumni (Media Kayu), pelatihan komersial untuk perusahaan–perusahaan kayu, maupun kemungkinan kerja sama dalam bentuk lain di luar sekedar urunan dalam bentuk uang atau sumbangan yang sesekali atau periodik.
Gambaran pelaksanaan
Pembicara diskusi adalah 5 kepala divisi yang ada di PIKA
Moderator adalah 5 alumnus PIKA yang dipilih benar-benar berpengalaman dan banyak berkecimpung dengan masing-masing divisi yang akan dimoderatori. Dengan tujuan menjembatani sudut pandang PIKA dan sudut pandang Alumni. Moderator ini harus sudah bertemu dengan kepala divisi yang bersangkutan untuk menguasai materi/bahan yang dibuat oleh divisi yang bersangkutan. Nama-nama alumnus yang memungkinkan menjadi moderator adalah: Bp. Calex, Bp. Agus Soenaryo, Bp. Gani Kristianto, Bp. JSA, Bp. Handi Setiawan, Bp. Driyo, Bp. Yulianto Dwi Laksono, Bp. Petrus Candra, Bp. Dwight, dll.
Notulis adalah 5 orang masing-masing divisi untuk membantu panitia umum dalam mempersiapkan tempat (ruangan, meja dan kursi), kelengkapan (LCD, notebook, photocopy materi, papan tulis, flap chart, dll).
Penerima tamu untuk registrasi adalah 4-6 orang mahasiswa
Peserta diskusi: guru yang terkait, karyawan yang terkait, mahasiswa atau siswa yang berminat dan alumni yang berkompeten dengan divisi tersebut.
Masukan lain-lain
Sesegera mungkin menginformasikan kepada alumni mengenai akan adanya Lustrum VII dan Reuni PIKA tgl 17-18 Oktober 2007 karena acara diadakan di pagi hari juga, sehingga alumni dapat mengatur jadwal ataupun pengajuan cuti
Pada acara ramah tamah ditekankan kebersamaan para alumni dengan mengisi acara sesuai IKAPIKA Jateng, Jabar maupun Intim.
Ada panitia yang mengupdate data alamat alumni sejak sekarang
Agar pertemuan ini dapat dimanfaatkan (bukan sebagai klimaks dan berhenti) untuk menjaga persatuan dan kesatuan alumni dengan PIKA secara terus menerus tidak hanya pada acara tertentu saja.

Semarang, 28 Agustus 2007
Rushardiono dan Christian

26 Agustus, 2007

Penjelasan Br. P. Weiderkehr SJ.


Tophan Putra yang baik,

Terima kasih atas e-mail tertanggal 08 Agustus 2007, dengan masalah yang menurut saya tidak begitu baru. Meskipun demikian, saya berharap e-mail itu juga terbaca oleh pimpinan PIKA yang sedang di luar negeri dan semua staf PIKA.

Kepada para alumni semua, perlu saya jelaskan mengapa masalah ini saya anggap tidak begitu baru.

Unit Pendidikan PIKA, tahun ini merayakan HUT yang ke 35, sedangkan masalah tersebut kami ketahui bersama pada usia PIKA yang ke 10, yaitu ketika kami mengadakan evaluasi dengan mengirim surat kepada semua perusahaan yang menggunakan ex siswa PIKA sebagai karyawannya. Pertanyaan kami kurang lebih :
Puaskah mereka dengan pengetahuan profesi perkayuan para ex siswa PIKA ?
Puaskah mereka dengan sikap mental para ex siswa PIKA ?
Hasil dari pertanyaan pertama, 80 % responden puas dengan pengetahuan yang dimiliki para ex siswa, sedang pada pertanyaan ke dua 47 % responden yang tidak puas dengan sikap mental para ex siswa, artinya masih ada 53 % responden yang puas dengan sikap mental ex siswa.

Selanjutnya kami rapat dengan para dewan guru untuk membahas masalah tersebut. Kami bertanya apakah akan menutup unit pendidikan atau memperbaikinya ?. Dan dewan guru sepakat untuk memperbaikinya.

Caranya, saya membuat formulir setengah A4 yang dibagi dalam 3 kolom (A,B,C).
Kolom A diisi dengan jabatan sebagai staf pengajar, dan mata pelajaran yang diampu
Kolom B diisi dengan cara atau strategi mengajar yang digunakan untuk pembentukan sikap/mental siswa
Kolom C diisi dengan sasaran, yaitu sikap mental yang ingin diperbaiki
Waktu itu, yang menjadi kepala sekolah adalah Bp. Ignatius Susmadi. Beliau juga mengisi formulir tersebut karena beliau juga mengajar Bahasa Indonesia untuk semua kelas. Ada tiga cara/strategi yang beliau tempuh, salah satunya adalah dengan mengikuti perkembangan penggunaan bahasa sehari-hari para siswa. Dengan cara tersebut, salah satu sasaran yang berhasil beliau tanamkan adalah kesadaran dari para siswa untuk menghargai setiap mata pelajaran yang saat itu harus mereka ikuti sebagai sesuatu yang sangat penting untuk masa depan para siswa itu sendiri. Karena beliau mengajar Bahasa Indonesia, kepentingannya adalah sebagai alat komunikasi.

Semua guru mengisi formulir tersebut. Dan seorang Romo dari Loyola yang waktu itu membantu mengajar agama merasa puas dengan usaha ini.

Lima tahun kemudian, kami mengevaluasi lagi dengan pertanyaan yang sama, dengan mengirim surat kepada perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan ex siswa PIKA. Hal ini masih memungkinkan karena waktu itu kami membuat ketentuan bahwa bila ex siswa pindah tempat kerja atau tempat tinggal harus melapor ke almamater.

Hasil evaluasi kami setelah 5 tahun, tentang kemampuan profesi siswa ada kenaikan prosentase sedikit (dari 80 % puas menjadi 85 % puas), dan dengan sikap mental ex siswa, yang dulunya 53 % puas sekarang menjadi 76 % puas.

Saat ini situasi sangat berbeda. Tetapi hal ini tidak hanya terjadi di PIKA.
Kalau kita bertanya kepada dosen senior Universitas Sanata Darma atau guru senior SMA Loyola, atau guru PIKA, semua merasa bahwa makin lama makin merat mengajar murid/mahasiswa. Dukungan dari orang tua untuk membantu anakpun menurun.
Dulu ada 14 ex siswa/siswi yang menolong sebagai staf/guru di unit-unit PIKA. Sekarang, yang berpengalaman lebih dari 10 tahun di PIKA dapat dihitung dengan 1 tangan saja.
Yang mendaftar di PIKA sangat menurun. Dulu kami bisa memilih 1 dari 4 atau 5 calon. Sekarang kita harus menerima 80 % dari pendaftar.
Perbedaan ini jelas sangat memberatkan Pimpinan dan staf di unit-unit usaha PIKA untuk dapat mengatur dengan baik.

Daftar perbedaan ini dapat diperpanjang lagi, tetapi saya kira contoh-contoh ini cukup.

Saya sendiri berharap bahwa ex siswa mau menolong unit pendidikan di PIKA, seperti sekarang anda juga menolong dengan memasukkan order/pekerjaan di unit produksi.

Lebih dari 100 ex siswa/siswi di kota Semarang dan sekitarnya. Pasti ada pimpinan perusahaan yang mau mengijinkan anda untuk mengajar 5 jam saja dalam seminggu di PIKA. Tawaran ini pasti akan diterima oleh Pimpinan PIKA dengan tangan terbuka.

Kesempatan ex siswa menolong PIKA lagi dalam rangka HUT 35 PIKA. Saya juga mendengar bahwa akan ada reuni ex siswa. Saya dengar di bulan Oktober. Saat itu ex siswa PIKA dapat berbicara dengan para staf PIKA tentang situasi yang ada, mengevaluasi perjalanan PIKA, dan mewujutkan rencana bantuan secara konkrit di unit pendidikan.

Saat ini sudah lebih 1000 orang yang masuk Pendidikan PIKA. Ex siswa/siswinya sekitar 800 orang. Kalau kita semua (termasuk saya sebagai mantan pimpinan dan guru PIKA) berdoa dan berusaha bersama agar nama PIKA tetap baik, kita akan berhasil. Akhirnya, saya atas nama pribadi dan PIKA mengucapkan terima kasih kepada anda semua.

Salam untuk semua keluarga dan selamat bekerja memperjuangkan nama PIKA.


Br. Paul Wiederkehr, S.J.

02 Agustus, 2007

Apakah Alumni PIKA "kutu loncat" ?

Dear rekan - rekan PIKA,
Beberapa minggu terakhir ini saya banyak bertemu dengan orang - orang asing yang mempunyai perusahaan di Indonesia, dan rata - rata semua menyindir para lulusan PIKA, tetapi ada satu yang paling keras menurut saya sindiran tersebut, yaitu dari Mr. Jean Bernard, beliau orang Perancis yang memiliki banyak usaha di Indonesia dan sring mempekerjakan lulusan-lulusan PIKA.
Sebenarnya ini adalah masalah klasik yang dari dulu tidak pernah terselesaikan oleh PIKA sendiri. Beliau mengatakan bahwa mayoritas lulusan PIKA yang dia pekerjakan selalu tidak tahan lama dan selalu mudah menyerah ketika ada masalah. Dan yang lebih pedas lagi adalah bahwa hampir rata - rata lulusan PIKA dikatakannya hanya bisa teori saja tetapi kurang mampu berimprovisasi di lapangan, dan sangat lemah ketika diharuskan menghandle orang - orang / bawahan yang banyak. Dan satu hal lagi adalah para lulusan PIKA sering bersikap sok elit, ini adalah penuturan dari beliau.
Saya tahu bahwa semua diatas benar adanya, mungkin saya sendiri dulu adalah salah satu dari sekian banyak lulusan PIKA yang dimaksud, hanya saja saya beruntung meskipun saya kesandung - sandung selama perjalanan karir saya selama ini, semuanya mengajarkan hal yang baik sehingga saya pun makin berkembang tapi sampai saat ini pun saya sama sekali tidak berani mengaku bahwa saya ahli dan pintar untuk masalah perkayuan, karena ternyata banyak sekali kejadian - kejadian baru yang sering terjadi di lapangan.
Yang saya herankan adalah, apakah benar sampai sekarang ini masih sering terjadi kutu loncat dengan mudahnya yang dilakukan oleh rekan - rekan PIKA ? Dan yang lebih heboh lagi, beliau mengatakan hal ini tidak hanya dilakukan oleh yang muda saja tetapi juga yang sudah tua sekalipun ( angkatan senior ).Bahkan beliau juga menyebutkan beberapa nama, yang saya tahu bahwa nama - nama tersebut adalah orang - orang yang baik dan mungkin nilai sikapnya semasa sekolah adalah "B" semua dan saya terkejut sekali bahwa hal itu ternyata tidak berarti etos kerja mereka di dunia kerja yang sesungguhnya juga sebaik waktu masih pendidikan.
Saya dengar sekarang ini, sudah banyak perubahan kepengurusan di sekolah PIKA, kalau boleh kasih usul nih, ada baiknya email saya ini dijadikan salah satu pegangan oleh sekolah PIKA untuk perbaikan pola pendidikan, saya sendiri tidak tahu apa yang salah dengan pola pembinaan di PIKA karena menurut saya sih selama ini baik - baik saja, tapi toh kenyataan juga yang akhirnya berbicara.
Kalau ada rekan - rekan PIKA yang tersinggung dengan surat saya ini, saya minta maaf sebesar - besarnya. Toh ini juga demi kemajuan PIKA juga dan mohon pikirkan juga para yunior anda - anda termasuk yang sekarang masih di bangku sekolah, kan kasihan jika mereka jadi tidak dipercaya di dunia kerja...terus siapa yang akan menampung mereka jika mereka tidak laku akibat tingkah polah kita para seniornya ?
Saya sangat berharap bahwa dibawah kepemimpinan PIKA yang baru ini, semuanya dapat dicegah dan diatasi.
BTW, salam buat Pak Yos Wiratno, Pak Indo, dan Pak Rushardiono.....kalo tidak ada beliau-beliau ini semasa saya sekolah, mungkin saya masih akan seperti katak dalam tempurung sampai sekarang dan akan terus menjadi "yes"man..he..he...he...Buat Pak Yos, apakah masih suka musik jazz ? Saya punya banyak koleksi lagu jazz lho.

Tophan Anggoro Putro

01 Juli, 2007

Obyek Wisata di Tana Toraja

BATUTUMONGA

Berlokasi di daerah Sesean yang beriklim dingin, sekitar 1300 meter di atas permukaan laut. Di daerah ini terdapat 56 menhir batu dalam sebuah lingkaran dengan lima pohon kayu ditengahnya. Kebanyakan dari batu menhir itu berukuran dua sampai tiga meter tingginya. Pemandangan yang sangat mempesona di atas Rantepao dan lembah disekitarnya, dapat dilihat dari tempat ini sangat menarik untuk dikunjungi.

BORI

Obyek wisata utama adalah rante (tempat upacara pemakaman secara adat yang dilengkapi dengan buah menhir/megalit), dalam bahasa Toraja disebut simbuang batu. Seratus dua batu menhir yang berdiri dengan megah terdiri dari 24 buah ukuran besar, 24 buah ukuran sedang dan 54 buah ukuran kecil. Ukuran menhir ini mempunyai nilai adat yang sama. Penyebab perbedaan adalah situasi dan kondisi pada saat pembuatan / pengambilan batu, misalnya : masalah waktu, kemampuan biaya dan situasi pada masa kemasyarakatan. Megalit / simbuang batu hanya diadakan bila seorang pemuka masyarakat yang meninggal dunia dan upacaranya dilaksanakan dalam tingkat Rapasan Sapurandanan (kerbau yang dipotong sekurang-kurangnya 24 ekor). Pada tahun 1657 Rante Kalimbuang mulai digunakan pada upacara Pemakaman Ne'Ramba' dimana 100 ekor kerbau dikorbankan dan didirikan dua simbuang batu.

Selanjutnya pada tahun 1807 pada acara pemakaman Tonapa Ne'Padda' didirikan 5 buah simbuang batu, sedang kerbau yang dikorbankan sebanyak 200 ekor. Ne'Lunde yang pada upacaranya dikorbankan lebih dari 100 ekor kerbau didirikan 3 buah simbuang batu. Selanjutnya berturut-turut sejak tahun 1907, banyak simbuang batu didirikan dalam ukuran besar, sedang, kecil dan secara khusus pada pemakaman Almarhumah Lai Datu (Ne' Kase') pada tahun 1935 didirikan satu buah simbuang batu yang terbesar dan tertinggi. Simbuang batu yang terakhir adalah pada upacara pemakaman Almarhum Sa'pang (Ne'Lai) pada tahun 1962.

Dalam kompleks Rante Kalimbuang tersebut terdapat juga hal-hal yang berkaitan dengan upacara pemakaman yaitu:

Lakkian yaitu persemayaman jenazah selama upacara dilaksanakan di Rante Balakkayan yaitu panggung tempat membagi daging secara adat

Sarigan yaitu usungan jenasah Langi' yaitu bangunan induk menaungi sarigan Liang Pa' / kuburan batu yang dipahat.

BUNTAO

Buntao adalah kampung yang sangat menarik untuk dikunjungi khususnya di waktu hari pasar. Buntao mempunyai patane, iaitu kuburan yang berbentuk rumah Toraja. Dan di atas bukit di sekitar kampung banyak terdapat kuburan tua.

BUNTU KALANDO

Obyek wisata ini adalah Tongkonen Puang Sangalla' yang telah difungsikan sebagai museum dan home stay terletak di elurahan Kaero, kecematan Sangalla', 20 km dari kota Rantepao. Buntu Kalando mempunyai adat "Tando Tananan Lantangna Kaero Tongkonan Layuk" yaitu sebagai tempat kediaman Puang Sangalla'. Tonkonan ini dibangungun bersama dengan tiga lumbung padi (alang sura').

Buntu Kalando sebagai Tongkonan Tananan Lantangna Kaero Tongkonan Layuk dilengkapi dengan beraneka ragam tanduk yaitu tanduk kerbau, tanduk rusa, dan tanduk anoa terpampang di bagian muka tongkonan dua buah kabongo' yaitu satu kabongo' bonga sura' dan satu kabongo' pudu' serta di atasnya didudukkan katik yang menyerupai Langkan maega (burung elang), perlambang kebesaran.

Sebagai museum dalam tongkonan ini dilengkapi barang-barang koleksi antara lain:
Alat kerajaan Sangalla'
Pakaian kebesaran
Barang-barang bersejarah
Barang-barang antik
Alat-alat perang
Alat-alat ritus
Alat-alat pertanian
Alat-alat dapur
Alat-alat makan
Alat-alat minum
Barang-barang berchasiat (balo')

Demikian sejarah singkat Buntu Kalando, yang selalu siap menanti kunjungan anda.

BUNTU PUNE

Obyek wisata Buntu Pune terletak ± 3 km arah selatan jurusan Ke'te' Kesu', Buntu Pune adalah salah satu permukiman yang dibangun oleh Pong Maramba'disekitar tahun 1880 dan merupakan pusat pemerintahannya setelah menjadi Parengnge' di wilayah Kesu' dan Tikala. Pada lokasi tersebut terdapat beberapa lumbung dan tongkonan yang dipindahkan dari daerah perbukitan dan lereng-lereng gunung batu oleh generasi berikutnya serta dibangun bertipe permukiman orang Toraja zaman dulu yang bernuansa exklusif, sukar dicapai musuh karena pos-pos pengintaian yang berlapis-lapis serta didukung oleh situasi alam di sekitarnya. Buntu Pune didukung oleh latar belakang batu cadas dimana pada dinding-dinding batu tersebut terdapat gua-gua alam yang juga dimanfaatkan untuk kuburan-kuburan leluhur. Dengan demikian kita banyak menjumpai erong (peti mayat purba) di dalam liang-liang tersebut. Di lokasi tersebut terdapat juga patane (kuburan dari semen) di puncak gunung batu yang dibuat sekitar tahun 1918 dan sampai saat ini masih digunakan. Buntu Pune sampai sekarang masih terpelihara dengan baik dan termasuk salah satu situs peninggalan sejarah dan kepurbakalaan pada suaka peninggalan sejarah dan purbakala Sulawesi Selatan dan Tenggara.

GALUGA DUA

Tongkonan Layukna Galuga Dua merupakan salah satu tongkonan yang dijadikan pengadilan, selain digunakan untuk pengadilan terhadap pelanggaran adat yang menjadi tanggung jawab To'Perengnge, juga merupakan pusat musyawarah para pemimpin keluarga dari Tongkonan Galuga dua untuk menentukan suatu rencana. Terletak sekitar 12 Km, arah utara dari Rantepao, Tongkonan Layukna Puang Galuga Dua; ini dibangun pada tahun 1189 oleh kedua putra Galuga. Dari kedua putranya ini, masing-masing membangun Tongkonan yaitu Tongkonan Papabannu' dari putra pertama dan Banau Sura' dari putra keduanya.

Tongkonan Layukna Galuga selain tongkonan keluarga Galuga Dua juga merupakan pusat pertenunan dengan bebagai motif sesuai dengan kebutuhan adat dan ciri khas budaya Toraja. Macam-macam motif tenunan adalah: Tenunan Pamiring khusus untuk sarung perempuan,Tenunan Sappa khusus untuk celana laki-laki, Tenunan Paramba' khusus untuk selimut, Tenunan Paruki' khusus taplak meja dan dekorasi atau hiasan dinding, tenunan Lando khusus tombi untuk pesta untuk pesta rambu solo' atau sapu randanan.

KAMBIRA - KUBURAN BAYI / PASSILIKAN

Seseorang yang belum tembuh gigi apabila meninggal dunia akan dikuburkan ke dalam sebatang pohon kayu yang hidup dari jenis pohon kayu Tarra'. Kayu yang digunakan dilokasi ini telah berumur sekitar ± 300 tahun yang lalu. Proses pelaksanaan pekuburan sejenis ini mengenal tahap-tahap sebagai berikut:

Bayi yang meninggal dibalut dengan kian putih yang pernah dipakai dalam posisi dalam keadaan dipangku. Kemudian keluarga memberi tanda pada pohon kayu yang hendak digunakan sebagai kuburan (ma'tanda kayu). Membuat lubang dengan ketentuan tidak boleh berhadapan dengan rumah kediamannya. Mempersiapkan penutup kubur dari bahan pelepah enau (kulimbang ijuk). Membuat tana' (pasak) karurung dari ijuk sesuai tingkatan strata sosialnya :
12 tana' karurung bagi tingkatan bangsawan.
8 tana' karurung bagi tingkatan menengah.
6 tana' karurung bagi tingkatan bawah.

Ma'kadende' yaitu membuat tali ijuk sebelum jenasah dibawa ke kuburan, seekor babi jantan hitam dipotong/disembelih di halaman rumah duka, kemudian dibawa ke kuburan dengan diusung. Setibanya di kuburan babi/daging tersebut dimasak dalam bambu/dipiong, tanpa diberi garam atau bumbu lainnya setelah semua itu siap mayat dibawah ke kuburan dengan syarat sebagai berikut:

Dibawa dalam posisi dipangku. Pengantar mayat baik laki-laki maupun perempuan harus berselubung kain. Dilarang berbicara, menoleh ke kiri atau ke kanan maupun ke belakang. Setibanya jenasah di pekuburan penjemput jenasah turun dari tangga lalu mengambil, mengangkat, dan memasukkan jenasah ke dalam lubang kayu dalam posisi berlutut menghadap keluar. Kemudian kubur itu ditutup dengan kulimbang di tana' /dipasak sesuai dengan statusnya dan sesudah ini dilapisi dengan ijuk dan diikat dengan kadende' (tali ijuk). Sepanjang kegiatan tersebut di atas, seluruh orang yang hadir dilarang berbicara, nanti setelah ma'taletek pa'piong (membelah bambu berisi daging yang sudah masak) berarti orang sudah boleh berbicara dan orang yang berada diatas tangga sudah boleh turun.

KE'TE' KESU'

Ke'te' Kesu' adalah obyek wisata yang sudah populer diantara turis domestik dan asing sejak tahun 1979 terletak dikampung Bonoran yang berjarak 4 km dari Kota Rantepao, telah ditetapkan sebagai salah satu Cagar Budaya dengan nomor registrasi 290 yang perlu dilestarikan / dilindungi. obyek wisata ini sangat menarik, oleh karena memiliki suatu kompleks perumahan adat Toraja yang masih asli, yang terdiri dari beberapa Tongkonan, lengkap dengan Alang Sura' (lumbung padinya).

Tongkonan tersebut dari leluhur Puang ri Kesu' di fungsikan sebagai tempat bermusyawarah, mengelolah, menetapkan dan melaksanakan aturan-aturan adat, baik aluk maupun pemali yang digunakan sebagai aturan hidup dan bermasyarakat di daerah Kesu', dan juga di seluruh Tana Toraja, yang disebut aluk Sanda Pitunna (7777). Obyek wisata ini dilengkapi pula dengan areal :
upacara pemakaman (rante), kuburan (liang) purba dan makam-makam modern, namun tetap berbentuk motif khas Toraja, pemukiman, perkebunan dan persawahan yang cantik dan menyejukkan hati. Sekaligus para pengunjung dapat menyaksikan seni ukir Toraja di lokasi ini.

LEMO BUNTANG

Lemo adalah tempat pekuburan dinding berbatu dan patung-patung (tau-tau). Jumlah lubang batu kuno ada 75 buah dan tau-tau yang tegak berdiri sejumlah 40 buah sebagai lambang-lambang prestise, status, peran dan kedudukan para bangsawan di desa Lemo. Di beri nama Lemo oleh karena model liang batu ini ada yang menyerupai jeruk bundar dan berbintik-bintik. Sejak tahun 1960, obyek wisata ini telah ramai di kunjungi para wisatawan asing dan wisatawan nusantara.

Pengunjung dapat pula melepaskan keinginannya dan membelanjakan dolarnya, euronya atau rupiahnya pada kios-kios souvenir. Ataukah berjalan-jalan sekitar obyek menyaksikan buah-buah pangi yang ranum kecoklatan, yang siap diolah dan di makan sebagai makanan khas suku Toraja yang di sebut "Pantollo Pamarrasan". Selamat menikmati.

LO'KO' MATA

Lo'ko' Mata (Lokomata) mengambil posisi di lerang gunung Sesean pada ketinggian ± 1.400 m di atas permukaan laut. Suatu tempat yang sangat menawan, fantastik dan bila seseorang datang dan menyaksikan serta merenungkan ciptaan ini rasa kangen pasti ada. Selain itu anda dapat menyaksikan panorama alam yang sangat indah dan deru arus sungai di bawah kaki kuburan alam ini. Yang terletak di desa Pangden ± 30 km dari kota Rantepao.

Nama Lo'ko' Mata diberi kemudian oleh karena batu alam yang dipahat ini menyerupai kepala manusia, tetapi sebenarnya liang Lo'ko' Mata sebelumnya bernama Dassi Dewata atau Burung Dewa, oleh karena liang ini ditempati bertengger dan bersarang jenis-jenis burung yang indah-indah warna bulunya, dengan suara yang sangat mengasyikkan tetapi kadang-kadang menakutkan.

Pada abad ke 14 (1480) datanglah pemuda Kiding memahat batu raksasa ini untuk makam mertuanya yang bernama Pong Raga dan Randa Tasik (I) selanjutnya pada abad 16 tahun 1675 lubang rang ke II dipahat oleh Kombong dan Lembang. Dan pada abad ke 17 lubang yang ke III dibuat oleh Rubak dan Datu Bua'. Liang pahat ini tetap digunakan sampai saat ini saat kita telah memasuki abad ke / (milenium III). Luas areal obyek wisata. Lo'ko' Mata ± 1 ha dan semua lubang yang ada sekitar 60 buah.

LOMBOK PARINDING

Kuburan Erong Lombok Parinding adalah merupakan salah satu obyek wisata yang menarik karena mempunyai daya tarik tersendiri seperti Erong yang unik dan antik, yang terletak di Dusun Parinding Matampu Kecamatan Sesean, kurang lebih 7 km dari kota Rantepao ke utara. Lombok Parinding pertama kali ditempati oleh salah seorang yang bernama Tomangli anak dari suami istri Bongga Tonapo dan Datu Banua sekaligus cucu dari suami istri Palairan dan Patodemmanik dan disitulah mereka menetap mendirikan rumah sambil bertani-sawah. Selanjutnya Tomangli melahirkan 8 orang dan anak Tomangli berkembang biak sampai sekarang (keturunan yang ke 7). Melihat dan memperhatikan serta menghitung-hitung umur dan kuburan erong Lombok Parinding mulai dari ke 8 orang anak-anak Tomongli sudah berumur kurang lebih 700 tahun. Demikianlah sejarah singkat kuburan erong Lombok Parinding. Semoga sejarah singkat ini dapat bermanfaat bagi wisatawan dan dapat dijadikan sebagai bahan informasi.

LONDA

Sama dengan Lemo, Londa adalah tempat pekuburan dinding berbatu dan patung-patung (tau-tau). Di dalamnya terdapat gua dengan banyak tengkorak kepala manusia. obyek wisata Londa yang berada di desa Sandan Uai Kecamatan Sanggalangi' dengan jarak 7 km dari kota Rantepao, arah ke selatan, adalah kuburan alam purba. Gua yang tergantung itu, menyimpan misteri yakni erong puluhan banyaknya, dan penuh berisikan tulang dan tengkorak para leluhur, tau-tau. Tau-tau adalah pertanda bahwa telah sekian banyak putra-putra Toraja terbaik telah dimakamkan melalui upacara adat tertinggi di wilayah Tallulolo. Gua-gua alam ini penuh dengan panorama yang menakjubkan ± 1.000 m
jauh kedalam, dapat dinikmati dengan petunjuk guide yang sudah terlatih dan profesional.

Kuburan alam purba ini dilengkapi dengan sebuah "Benteng Pertahanan". Patabang Bunga yang bernama Tarangenge, yang terletak di atas punggung gua alam ini. obyek ini sangat mudah dikunjungi, oleh karena sarana dan prasarana jalannya baik. Satu hal perlu diingat bahwa seseorang yang berkunjung ke obyek ini, wajib memohon izin dengan membawa sirih pinang, atau kembang. Sangat tabu/pemali (dilarang keras) untuk mengambil atau memindahkan tulang, tengkorak, atau mayat yang ada dalam gua ini.

MAKALE, IBUKOTA TANA TORAJA

Pada asal mulanya Makale berasal dari kata Makale menurut kata orang, penduduk yang hidup di Makale senantiasa bangun pada waktu matahari belum terbit (Makale') oleh karena leluhur mereka mempercayai bahwa orang yang bangun mendahului matahari terbit (Makale') selalu mendapat keberuntungan atau rezeki. Tetapi karena perubahan ucapan kata maka Makale' berubah menjadi Makale. Makale adalah pusat pemerintahan dan juga terkenal sebagai kota tenang dan damai. Di tengah-tengah kota Makale terdapat sebuah kolam yang airnya jernih dan penuh berisi dengan bermacam jenis ikan. Kolamnya disebut kolam Makale.

Bukit-bukit yang terjal dari kota dimahkotai oleh puncak menara gereja, sembari kaki lembah didominasi oleh bangunan pemerintah yang baru. Banyak di antaranya mengambil tipe bangunan rumah tradisional Toraja arsitektur yang penuh dengan ukiran dan atap yang melengkung. Kota merupakan daerah yang tepat menghubungkan dengan daerah Toraja barat, sekitar Londa, Suaya dan Sangalla. Pada saat pasar kota ini merupakan pusat aktivitas karena rakyat dari jauh datang dengan hasil produksinya berupa binatang, kerajinan tangan tikar, keranjang dan kerajinan buatan lokal.

MAKULA

Rekreasi bagi manusia-manusia modern yang kini hidup dalam abad komputer dan IPTEK yang canggih, bukan lagi sekedar sebagai pelengkap, tapih sudah menjadi kebutuhan utama, untuk membuat otak, hati dan perasaan mengalami refreshing. Oleh sebab itu kami mengajak anda untuk segera mengunjungi kolam renang air panas Makula yang jaraknya hanya 28 km dari kota Rantepao. Di tempat ini ada sumber mata air panas, di samping ada rumah tempat istirahat mempunyai bak mandi dengan sumber mata air yang mengalir. Di muka ada kolam kecil untuk anak-anak diisi oleh air panas yang mengalir dari belakang rumah. Tempat ini sangat baik untuk berendam di air panas setelah perjalanan jauh. Pergi pulang, anda dapat menikmati pemandangan alam yang menyenangkan hati. Selamat berekreasi dan jangan lupa membawa keluarga.

MARANTE

Pada mulanya Desa Tondon lasim disebut Mesa' Ba'bana Tondon Apa' Tepona Padang, yaitu Tondok Batu, Siba'ta, Kondo' dan Langi'. Sangpulo dua Karopi'na itulah Desa Tondon, yang dipimpin oleh dua pemangku adat yang lazim disebut Toparenge', yaitu Marante dan Barang Bua'. Fungsi Toparenge' disini adalah memimpin segala kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat baik itu upacara pesta syukur (Rambu Tuka') maupun upacara pesta pemakaman (Rambu Solo'), juga penentu kebijakan-kebijakan yang berlaku dalam masyarakat. Seiring dengan kemajuan pembangunan dan terpilihnya Tana Toraja sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia. Sejak itu juga Marante terpilih sebagai salah satu obyek wisata yang ada di Tana Toraja, karena Marante mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak pada jalan poros dari Makassar ke Palopo dan letaknya tidak jauh dari kota Rantepao yang jaraknya kira-kira 4 km. Disamping itu Marante mempunyai daya tarik tersendiri bagi wisatawan asing yang datang berkunjung ke Marante, baik itu wisatawan mancanegara maupun wisatawan
nusantara/domestik

Obyek wisata Marante memiliki banyak daya tarik peninggalan-peninggalan kuno yaitu berupa :
- Rumah adat (rumah tongkonan)
- Patung-patung (tau-tau)
- Erong
- Kuburan batu/liang pahat
- Patane (kuburan kayu)

Dan masih banyak lagi pemandangan yang bisa memikat hati wisatawan. Demikianlah sekelumit sejarah singkat dan daya tarik obyek wisata Marante.

NANGGALA (PENANIAN)

Dahulu kala seorang lelaki dari Gunung Sesean bernama "Tomadao" bertualang. Dalam petualangannya ia bertemu dengan seorang gadis dari gunung Tibembeng bernama "Tallo Mangka Kalena". Mereka kemudian menikah dan bermukim di sebelah timur desa Palawa' sekarang ini yang bernama Kulambu. Dari perkawinan ini lahir seorang anak laki-laki bernama Datu Muane' yang kemudian menikahi seorang wanita bernama Lai Rangri'. Kemudian mereka beranak pinak dan mendirikan sebuah kampung yang sekaligus berfungsi sebagai benteng pertahanan. Apabila ada peperangan antara kampung dan ada lawan yang menyerang dan dikalahkan/dibunuh, maka darahnya diminum dan dagingnya dicincang dan disebut Pa'lawak. Pada pertengahan abad ke 11 berdasarkan musyawarah adat disepakati mengganti nama Pa'lawak menjadi Palawa'. Palawa' sebagai suatu kompleks perumahan adat. Dan bukan lagi daging manusia yang dimakan, tetapi diganti dengan ayam, dan disebut Pa'lawa' manuk. Keturunan Datu Muane secara berturut-turut membangun tongkonan di Palawa'.

Sekarang ini terdapat sebelas tongkonan (rumah adat) yang urutannya sebagai berikut (dihitung dari sebelah barat):
1. Tongkonan Salassa' dibangun oleh Salassa'
2. Tongkonan Buntu dibangun oleh Ne' Tatan
3. Tongkonan Ne' Niro dibangun oleh Patangke dan Sampe bungin
4. Tongkonan Ne' Darre dibangun oleh Ne' Matasik
5. Tongkonan Ne' Sapea dibangun oleh Ne' Sapiah
6. Tongkonan Katile dibangun oleh Ne' Pipe
7. Tongkonan Ne' Malle dibangun oleh Ne' Malle
8. Tongkonan Sasana Budaya dibangun oleh Ne' Malle
9. Tongkonan Bamba II dibangun oleh Patampang
10. Tongkonan Ne' Babu' dibangun oleh Ne' Babu'
11. Tongkonan Bamba I dibangun oleh Ne' Ta'pare

Sebagaimana layaknya tongkonan di Tana Toraja, maka tongkonan Palawa' juga memiliki rante yang disebut Rante Pa'padanunan dan liang tua (kuburan batu) di Tiro Allo dan Kamandi. Selain Tongkonan juga dibangun lumbung atau alang sura' (tempat menyimpan padi) sebanyak 5 buah.

PANGLI, PATANE PONG MASSANGKA

Patane (kuburan dari kayu berbentuk rumah Toraja) dibangun pada tahun 1930. Untuk seorang janda yang bernama Palindatu yang meninggal pada tahun 1920 dan diupacarakan secara adat Toraja tertinggi yang disebut Rapasan sapu randanan. Palindatu dikawini oleh seorang putra bernama Tangkeallo dan melahirkan beberapa anak. Salah satu anaknya yang bungsu bernama Semba' alias Pong Massangka dengan gelar Ne' Babu' oleh kematian misionaris Belanda Arie van de Loosdrecht di Rante Dengen Bori' pada tanggal 27 Desember 1917, maka Pong Massangka alias Ne' Babu' salah satu yang tertuduh sehingga dihukum buang ke Bogor / Nusa Kambangan dan dikembalikan pada tahun 1930 ke Tana Toraja dan meninggal dunia pada tahun 1960 dalam usia 120 tahun (lahir 1840). Mayat Pong Massangka dengan gelar Ne' Babu' disemayamkan dalam patane ini dan tau-taunya yang terbuat dari batu yang dipahat siap menanti kunjungan anda.

RANTE KARASSIK

Obyek wisata uli berada di tengah-tengah pemukiman masyarakat Rantepao. Jaraknya hanya ± 200 m dari poros jalan Makale- Rantepao. Rante Karassik adalah tempat pelaksanaan upacara adat pemakaman bangsawan dari Tongkonan Kamiri di Potoksia Buntu Pune. Rante tersebut mulai digunakan pada abad ke 19 oleh Pong Maramba' untuk acara upacara adat Rambu' Solo' Rapasan Sundun bagi keluarganya.

Lokasi ini memiliki batu simbuang megalit (menhir) yang jumlahnya 12 buah masih megah tertancap di atas tanah, dan ada yang ringginya 7,5 m serta puluhan lainnya masih tertanam di dalam tanah. Menhir ini adalah simbol bahwa telah sekian banyak upacara adat Rambu Solo' Rapasan yang telah dilaksanakan di lokasi tersebut.

RANTEPAO, PUSAT WISATA DI TANA TORAJA

Lokasi yang pasti sudah banyak di kenal ke seluruh dunia adalah pusat wisata di Tana Toraja. Rantepao, 328 km arah utara dari kota Makassar. Terletak 800 meter di atas permukaan laut, Rantepao menawarkan malam-malam yang sejuk dan menyenangkan.

Di Rantepao adalah banyak biro tour & travel (rafting di sunga Sa'dan atau Maiting, package tours ke Tentena, Manado, Bali dll.) dan toko-toko cinderamata yang menjual souvenir khas Toraja, diantaranya: kain tenun, patung, golok (dari yang kecil s/d yang besar), ukiran kayu dan lain-lain. Di kota Rantepao adalah 4 pusat informasi pariwisata, 12 hotel berbintang dan kira-kira 60 hotel sederhana, wisma dan losmen yang murah untuk backpackers.

SIGUNTU'

Objek wisata Siguntu' yang terletak di Dusun Kadundung, Desa Nonongan Kecamatan Sanggalangi' dengan jarak 5 km dari Kota Rantepao. Objek wisata Siguntu' mempunyai daya tarik utama adalah Tongkonan yang unik dan berada di sebuah bukit dengan pemandangan yang mempesona, dikelilingi hamparan sawah pada bagian timur serta tebing-tebing bukit Buntu Tabang. Obyek Wisata Siguntu' mempunyai arti dan makna yang sangat luas dimana semula Tongkonan ini dikenal sebagai Tongkonan Tirorano yang bertempat di Tirorano rang dibangun oleh Pong Tanditulaan namun oleh karena sudah roboh dan tempatnya yang kurang strategis maka oleh keluarga membangun kembali dan disatukan di Siguntu'. Bersama Tongkonan Siguntu' dan Tongkonan Solo' itulah yang disebut Siguntu'. Tongkonan tersebut dibuka sebagai objek wisata tahun 1973 dan pada tahun 1974 Tongkonan ini dirara (diupacarakan secara adat / Rambu Tuka') dimana dihadiri oleh para delegasi 60 negara asing yang mengikuti konferensi PATA di Jakarta tahun 1974. Sejak itulah Toraja semakin dikenal sebagai Daerah Tujuan Wisata yang handal dan menakjubkan.

SILLANAN

Obyek wisata Ma'duang Tondok terletak di kecematan Mengkendek ± 20 km arah selatan Makale di Desa Sillanan.

Objek tersebut didukung oleh 4 objek wisata yaitu;
- Obyek wisata Lo'ko'wai
- Obyek wisata To'Banga
- Obyek wisata Pangrapasan dan Ma'dandan
- Obyek wisata Tongkonan Karua Sillanan

Objek tersebut masing-masing mempunyai daya tarik yang spesifik dan mempunyai keunggulan tersendiri seperti:

Lo'ko wai; di tempat lokasi ini terdapat mayat bayi yang unik dan awet (di mummy) di mana rambut, kuku, gigi serta kulitnya masih utuh meskipun umur mayat tersebut diperkiran sudah berumur ± 4½ abad. Mayat tersebut di sakralkan oleh masyarakat di wilayah adat Ma'duang Tondok yang secara mitologis diyakini adalah keturunan Dewa.

Kurang lebih 400 m sebelah selatan terdapat kuburan manusia purba yang terdiri dari tumpukan Erong, serta beberapa liang pahat disekitarnya. Hal lain yang bisa kita nikmati disekitar objek-objek ini adalah beberapa liang pahat disekitarnya. Hal lain yang bisa kita nikmati disekitar objek-objek ini adalah keindahan alam. Para pengunjung masih dapat menyaksikan pohon-pohon tropis yang terpelihara walaupun umurnya telah tua berkhasiat obat. Perkampungan tradisional yang masih asli dan unik tempat upacara adat, satu benteng pertahan yang digunakan untuk memantau musuh pada sekitar abad ke 16. Dan tidak pernah diterobos oleh musuh pada zaman dahulu. Wilayah obyek wisata Ma'duang Tondok secara keseluruhan sampai saat ini masih terpelihara dengan baik dan siap menanti kunjungan anda.

SUAYA

Kuburan berada di salah satu sisi dari bukit. Dipahat sebagai tempat beristirahat dari tujuh raja dan keluarga kerajaan Sangalla. Tau-tau dari raja-raja dan keluarga raja berpakaian sesuai dengan pakaian adat raja Toraja di tempatkan dimuka kuburan batu. Tangga batu tersedia untuk naik ke bukit dimana raja dikala hidupnya digunakan untuk bersepi-sepi, ditempat itu akan dibuat museum untuk menempatkan harta kekayaan dari raja-raja Sangalla.

TAMPANG ALLO
Sejarah singkat obyek wisata Tampang Allo (atau Tampangallo) ini merupakan sebuah kuburan gua alam yang terletak di Kelurahan Kaero Kecamatan Sangalla' dan berisikan puluhan erong, puluhan tau-tau dan ratusan tengkorak dan tulang belulang manusia. Pada sekitar abad ke 16 oleh penguasa Sangalla' dalam hal ini Sang Puang Manturino bersama istrinya Rangga Bulaan memilih Gua Tampang Allo sebagai tempat pemakamannya kelak jika mereka meninggal dunia.

Demikianlah Rangga Bulaan di gadis cantik, asuhan sang kera, meninggal lebih dahulu dan jenazahnya dimasukkan ke dalam Erong serta diletakkan dalam gua Tampang Allo. Sedangkan Sang Puang Manturino pada saat meninggal Erong ditempatkan pada pemakaman losso' yang letaknya tidak jauh dari Tampang Allo. Entah bagaimana kemudian erong Sang Puang ternyata kosong. Sedangkan jenazahnya telah bersatu dengan jenazah istrinya di Tampang Allo. Lama setelah Sang Puang dan istrinya Rangga Bulaan meninggal dunia pusaka kerajaan yang disebut Bakasiroe' diambil alih oleh Puang Musu' sebagai penguasa Tongkonan Puang Kalosi. Pada masa itu juga Tana Toraja yang dikenal sebagai Tondok Lepongan Bulan Tana Matarik Allo berada dalam kekacauan akibat serangan dari kerajaan Bone. Terjadi juga peperangan antara daerah/masyarakat setempat dan tentara Bone membantu salah satunya dan akibat yang kalah perang dirampas sawah dan kekayaannya serta orang-orangnya dikirim ke Madan dan ke daerah Bugis.

Puang Musu' membawa pusaka Baka Siroe' mengungsi ke Madan dan sewaktu Puang ini menyeberang sungai Sa'dan dan salah seorang yang bernama Karasiak membunuh Puang Musu' dan merampas Baka Siroe'. Keturunan Puang Musu' selalu berusaha dengan cara apapun untuk mengembalikan pusaka Baka Siroe' ke tempatnya semula pada tahun 1934, terjadilah perdamaian antara Puang Musu' dengan keturunan Karasiak melalui perkawinan. Kemudian dengan lahirnya anak di pari tangga, Pusaka Baka Siroe' diberikan kepada anak tersebut untuk menyimpan dan memeliharanya. Demikian juga tempat pemakaman mereka kelak disepakati di Gua Tampang Allo sebagai perwujudan perjanjian dan sumpah suami istri yaitu "sehidup semati satu kubur kita berdua".

TILANGNGA'

Tilangnga' (Tilanga) sebagai obyek wisata permandian alam, ± 12 km dari kota Rantepao, arah selatan. Bila pengunjung ingin melemaskan otot-otot dan urat-urat yang penat sepanjang hari berkeliling ke obyek-obyek wisata, jangan lupa mandi di kolam air dingin Tilangnga'. Airnya sangat jernih, dingin, sejuk dan tidak pernah kering. Dan anda juga dapat menyaksikan ikan-ikan berwarna bersama belut-belut yang santai dalam kolam permandian ini, tanpa merasa terusik. Pada saat ini air yang mengalir dari obyek wisata ini digunakan untuk air PAM bagi masyarakat kota Makale dan sekitarnya.

TO'BARANA' SA'DAN

Di lokasi To'Barana pada mulanya dilili' atau dibentuk oleh nenek moyang keluarga To'Barana' yang bernama Langi' Para'pak yang dijadikan perkampuang keluarga yang luasnya kira-kira 300 x 150 meter dan mendirikan sebuah rumah tongkonan keluarga yang dinamai tongkonan To'Barana'. Dibaharui oleh leluhur To'Barana' bernama Puang Pong Labba kira-kira dua abad yang lalu dan kemudian dibaharui pula oleh keluarga Puang Pong Padata pada tahun 1959, dimana lokasi dan rumah tongkonan tersebut diwariskan kepada turun temurunnya sampai dewasa ini dan sudah menjadi obyek wisata pertenunan asli.

Lokasi tersebut di pinggir sungai Sa'dan dan dikelilingi sungai Sa'dan yang berbentuk huruf "S" itulah sebabnya To'Barana' adalah pusat Sa'dan.

TONDON MAKALE

Letaknya di tepi jalanan kecil di dekat pasar Makale. Di sisi dari bukit terdapat barisan tau tau di muka dari kuburan gua. Kuburan ini adalah kepunyaan para keluarga bangsawan. Tau-tau adalah patung yang menggambarkan si mati. Pada pemakaman golongan bangsawan atau penguasa / pemimpin masyarakat muka salah satu unsur Rapasan (pelengkap upacara acara adat), ialah pembuatan tau-tau. Tau-tau ini dibuat dari kayu nangka yang kuat yang pada saat penebangannya dilakukan secara adat. Mata yang hitam dibuat dari tulang dan tanduk kerbau. Tau-tau tersebut diatas terdapat di Toraja yakni tempat pekuburan di dinding berbatu.


Text: PROFIL POTENSI PARAWISATA DAERAH TANA TORAJA,
issued March 1999 by Dinas Parawisata Daerah Tk. II Tana Toraja