From: "Paul Wiederkehr" <paulwie@indosat.net.id>
To: "Alumni-PIKA Moderator" <Alumni-PIKA-owner@yahoogroups.com>
Sent: Monday, May 19, 2008 6:05 AM
Subject: Fw: salam dari nabire
Para alumni yang baik,
Saya menerima e-mail keprihatinan dari Romo Mardisantosa, S.J. terhadap
anak-anak di Nabire Irian Jaya.
Saya sendiri berniat membantu sedikit.
Kalau ada di antara para alumni yang berlebih dan mau ikut terlibat
dipersilahkan (bisa secara pribadi, bisa secara kolektif lewat kas sosial
yang anda miliki). Yang penting bukan jumlah yang banyak, tetapi kepedulian
kita terhadap anak-anak yang terbelakang. Silahkan para alumni mengirimkan
dana ke rekening : BANK MANDIRI No: 154.00.9308712.4, a/n Sr. M. Serafika,
AK.
Sekian dulu, dan terima kasih atas perhatiannya
Br. Paul Wiederkehr, S.J
----- Original Message -----
From: "mardisantosa" <mardisantosa@jesuits.net>
To: "Paul Wiederkehr" <paulwie@indosat.net.id>
Sent: Friday, May 16, 2008 11:42 AM
Subject: salam dari nabire
> Br Paul ytc,
>
> Saya sudah sampai di Nabire. Karena kamar di wisma SJ sudah penuh, maka
> sambil menunggu ada kamar kosong di wisma SJ saya dikostkan di rumah para
> suster Abdi Kristus (AK). Br Prapto dan frater tidur di rumah kecil di
> kompleks SMA Adi Luhur. Saya sedang menunggu kesempatan untuk bisa menuju
> daerah Waghete di pedalaman di pinggir danau Tigi. Dalam masa menunggu ini
> saya sedikit membantu mengajar anak-anak asrama panti asuhan yang dikelola
> oleh para suster AK ini. Saya membantu mereka belajar matematika dan
bahasa
> inggris. Sedang dipikirkan untuk membantu dengan koor anak-anak, karena
> ternyata mereka amat gemar menyanyi dan suara mereka rata-rata bagus
> (barangkali karena jarang makan gorengan, es dll - karena memang tidak da
> duit untuk itu)
>
> Bumi Papua memang amatlah kaya, namun kekayaan itu sampai saat ini belum
> bisa dinikmati oleh masyarakat bawah, khususnya untuk sarana dan
prasarana
> pendidikan. Karena tingkat pendidikan yang rata-rata amat rendah dan
bahkan
> masih banyak yang buta huruf, maka penduduk asli dan para pendatang miskin
> tidak bisa ambil bagian dalam proyek-proyek besar seperti Freeport dll.
> Banyak anak-anak yang berasal dari pedalaman tidak bisa mengenyam
pendidikan
> pada tingkat dasar sekalipun.
>
> Melihat situasi seperti ini, maka para Suster dari tarekat Abdi Kristus
(AK)
> mencoba untuk mengambil bagian dalam mencerdaskan anak-anak perempuan
miskin
> namun memiliki kemauan dan kemampuan untuk maju. Pada tahun 1979 Para
suster
> AK memutuskan untuk membuka asrama kecil-kecilan bagi anak perempuan dari
> pedalaman yang sungguh ingin maju dalam pendidikan. Saat ini asrama
> tersebut dihuni oleh 28 anak perempuan dari berbagai daerah yang datang ke
> Nabire untuk menuntut ilmu. Dari 28 anak tersebut hanya ada 4 orang anak
> yang orangtuanya bisa membantu sebagian pembeayaan. Dua orang tua sanggup
> membantu dana tiap bulan sebesar Rp. 200.000,00 sementara dua orang tua
lagi
> sanggup membantu Rp. 100.000,00. Sumbangan itupun ternyata tidak berjalan
> dengan lancar.
>
> Untuk keperluan makan-minum para siswi asrama Panti Asuhan, secara
> berkelompok dan bergilir mereka dilatih untuk memasak sendiri makanan
> mereka. Hal ini ditempuh sebagai media pelatihan kerja berkelompok dan
> keterbatasan dana yang dimiliki oleh para suster pendamping di Panti
Asuhan
> ini.
>
> Sumber air amat susah ditemukan. Jika bisa ditemukan itupun dengan
kandungan
> besi dan kapur yang amat tinggi, berbau dan berwarna keruh sehingga tidak
> layak untuk digunakan baik sebagai air mandi apalagi untuk keperluan
> masak-memasak. Air PDAM tidak selalu mengalir, oleh karena itu yang bisa
> diharapkan adalah menampung air hujan. Perlu diinformasikan bahwa curah
> hujan di kota ini cukup besar sehingga sampai saat ini kebutuhan air untuk
> anak-anak asrama Panti Asuhan dapat dicukupi dari hasil menampung air
hujan
> tersebut. Pada musim kemarau, di mana curah hujan amat sedikit anak-anak
> mencuci baju, sepatu dan barang-barang milik mereka di sungai Nabire yang
> cukup jauh letaknya dari asrama Panti Asuhan.
>
> Untuk anak sebanyak itu, saat ini di panti asuhan baru tersedia dua buah
> KM/WC dan 5 drum air untuk menampung air hujan. Akibatnya anak-anak yang
> sekolah SMP atau yang fisiknya masih kecil-kecil, mereka biasa mandi di
> tempat terbuka di dekat drum-drum penampungan air, bahkan kadang ada yang
> bertelanjang bulat.
>
> Memang sudah lama ada keinginan untuk membuat bak penampungan air hujan
yang
> cukup besar dan menambah jumlah KM/WC namun tidak tersedia dana untuk itu.
> Apalagi harga semen, besi dan ongkos tukang amatlah tinggi di Nabire ini.
> Oleh karena Nabire adalah daerah rawan gempa bumi, maka bangunan yang
> diimpikan adalah yang konstruksinya kuat, dan kamar mandi cukup tertutup
> rapat dindingnya. Dana untuk itu semua diperkirakan oleh seorang tukang
yang
> biasa membantu di susteran ini sekitar Rp. 49.000.000,00 (empat puluh
> sembilan juta rupiah)
>
> Saya yakin bruder Paul sangat tahu keterbatasan para suster AK dalam
mencari
> dana. Nah, jika setelah membaca email ini bruder tergerak untuk
menyampaikan
> kepada para alumni PIKA yang sekiranya berkenan membantu dalam pembuatan
bak
> penampungan air hujan dan pembuatan WC/KM (direncanakan untuk ditambah 5
> unit lagi), silahkan para alumni mengirimkan dana ke rekening:
>
> BANK MANDIRI No: 154.00.9308712.4, a/n Sr. M. Serafika, AK
>
> Seberapapun besarnya sumbangan dari para donatur, pasti akan sangat
berguna
> bagi anak-anak dan para suster pendamping. Apabila para donatur sudah
> mengirimkan dana, tolong untuk memberitahu Sr. Rafaelein AK (via sms) di
no
> hp: 081373170047. Tuhan memberkati kita semua.
>
> Trims dan syalom
> Mardi Santosa, SJ
>