Ekspor Mebel Indonesia Diperkirakan Naik
Kamis, 31 Januari 2008 | 20:27 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta:Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) mentargetkan nilai ekspor mebel dan kerajinan Indonesia pada 2008 naik 10 persen menjadi US$ 2,8 miliar dari tahun lalu sebesar US$ 2,6 miliar. "Kami harapkan begitu, ditambah lagi dengan adanya sertifikasi kayu," kata Ketua Umum Asmindo Ambar Tjahyono, Kamis (31/1).
Menurut Ambar, dalam dua tahun terakhir, perkembangan ekspor mebel dan kerajinan berbahan dasar kayu mengalami kenaikan. "Periode 2005-2006 kami agak terhambat," ujarnya. Pada 2006 nilai ekspor mebel dan kerajinan Indonesia mencapai US$ 2,37 miliar.
Pada 2005-2006, kata dia, nilai ekspor mebel dan kerajinan hanya US$ 1,8-1,9 miliar. "Kenaikannya hanya sekitar satu persen waktu itu," katanya.
Ambar mengatakan, pangsa pasar terbesar ekspor furnitur berbasis kayu masih ditujukan ke Amerika Serikat lalu diikuti oleh Uni Eropa. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik 32,6 persen produk ekspor furnitur berbasis kayu diserap Amerika Serikat. Lalu diikuti Jepang sebesar 11 persen, Belanda 9 persen, Perancis 6,6 persen dan Inggris 4,6 persen.
Kalangan pengusaha, kata Ambar, ingin menaikkan target ekspor ke Cina karena potensi pasar yang bagus. "Kami targetkan ekspor ke Cina tahun ini lima persen, dan harga yang mereka kasih juga bagus," katanya.
Menurut dia, saat ini pasar Eropa dan Amerika Serikat juga menuntut sertifikasi produk termasuk legalitas bahan baku terkait isu penebangan liar dan pelestarian lingkungan. "Kami harus penuhi itu dengan sertifikat yang diakui. Jadi tidak asal-asalan," ujarnya.
Manager Regional Senada Dini Rahim mengatakan sertifikasi adalah jawaban atas tuntutan legalitas bahan baku dan produk yang dibuat. "Kalau tidak ada sertifikat pengusaha akan kesulitan memasarkan produknya karena dianggap tidak sah," ujarnya.
Menurut Dini, Senada yang merupakan program peningkatan daya saing industri Indonesia, telah melakukan pendampingan terhadap 40 produsen furnitur kayu untuk memperoleh sertifikasi. Empat diantaranya telah diverifikasi Januari 2008.
GABRIEL WAHYU TITIYOGA